Sabtu, 09 Oktober 2010

Seorang gadis asal Lebanon Timur tengah mengeluarkan air mata kristal

Seorang gadis asal Lebanon Timur tengah mengeluarkan air mata kristal

Penguasa alam menunjukkan kembali kebesarannya. yang sebelumnya tidak pernah terjadi. gadis mengeluakan air mata kistal. gadis 12 tahun ini berasal dari lebanon. gadis cantik bernama hasnah mohammed itu mengeluarkan air mata kristal. dimana di dunia kedokteran mata itu adalah hal mustahil dan tidak pernah terjadi sebelumnya. dunia kedokteran matapun terkejut. dan membahas ini lebih dalam. nyatanya seluruh dunia dalam kedokteran mata sangat terkejut.

mata itu benar benar mengeluarkan kristal. dan mata tiak rusak karenanya. kristal itu dikumpulkan dan banyak sekali. ternyata bukan hanya di dongeng saja putri duyung mengeleluarkan ai mata mutiara. intinya ini adalah sebuah kebesaran yang ditunjukkan Allah swt. bumi yang semakin tua mengeluarkan terus gejolak gejolak fenomena alam yang terus mengeluarkan bencana dan memakan banyak korban.

Fenomena Munculnya 33 Mata Air Yang Keluar Di Makam Habib Abdurahman bin Abdullah Al Habsyi Cikini

Fenomena Munculnya 33 Mata Air Yang Keluar Di Makam Habib Abdurahman bin Abdullah Al Habsyi Cikini




Subhanallah, 33 mata air keluar di makam Habib. Kejadian aneh terus bermunculan seolah seperti merupakan suatu pesan yang ingin mengingatkan kita akan sesuatu. Setelah ada perencanaan pembongkaran makam Habib Abdullah Rahman bin Abdullah Al Habsy yang merupakan ayah dari Habib Ali Kwitang, keanehan pun terjadi.



Warga sekitar digemparkan dengan munculnya mata air dari sekitar makam. Makam Habib Abdullah Rahman bin Abdullah Al Habsy berada di belakang Rumah Sakit PGI Cikini, Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat.

Warga berbondong-bondong membawa botol air mineral untuk mengambil air tersebut. Bahkan ada yang membawa ember. Mereka percaya bahwa air tersebut bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

"Kemarin tetangga saya sudah mencoba, gatel-gatelnya hilang," kata Rusminah (35), Jumat 2 Juli 2010.

Pantauan VIVAnews di lapangan, hingga kini warga terus berdatangan. Jumlahnya mencapai ratusan orang.

Sebanyak 33 mata air itu muncul di lokasi makam pada Minggu malam, 27 Juni 2010. Namun perlu diketahui, makam ini letaknya berdekatan dengan bantaran Kali Ciliwung. Jaraknya sekitar 10 meter antara makam dan sungai. Sedangkan kondisi debit air Kali Ciliwung saat ini tidak terlalu tinggi, meski Jakarta sering diguyur hujan.

Menurut keterangan penjaga makam, Fikri Assegaf, awalnya makam ini akan digusur, sebab tanah makam yang sudah berusia lebih dari seabad ini, milik PT Cempaka Wenang Jaya. Namun saat penggusuran, beberapa ahli waris menentangnya. "Mungkin makam ini akan segera dipindah," katanya.
vivanews.com

Sabtu, 02 Oktober 2010

Sifat Penduduk Ahli Surga dan Neraka


Ditulis Oleh: Munzir Almusawa
Sifat Penduduk Ahli Surga dan Neraka


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الجنَّةِ : كُلُّ ضَعِيْفٍ مُتَضَعِّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ ، أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأََهْلِ النَّارِ: كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ (صحيح البخاري)



Sabda Rasulullah saw:
“Ketahuilah, maukah kukabarkan pada kalian tentang (sebagian sifat) penduduk sorga?, semua yang lemah (tidak berdaya), dan rendah hati (berbuat seakan tak berdaya karena rendah hati), jika mereka berdoa dengan bersumpah atas nama Allah, maka akan langsung dikabulkan, maukah kukabarkan kalian tentang (sebagian sifat) penduduk neraka?, semua yang suka dengan pertengkaran, suka mengumpulkan harta namun sulit mengeluarkannya (tamak akan harta namun kikir), dan menyombongkan diri” (Shahih Bukhari)



Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا ...

Limpahan puji kehadirat Allah Yang telah membuat sanubari kita mau mendatangi dan mengunjungi anugerah dan kelembutan Allah, maka sampailah kita ke tempat ini yang merupakan gerbang kemuliaan yang kekal, gerbang keluhuran dunia dan akhirah, gerbang kesucian dunia dan akhirah, tempat kita mencapai kemuliaan dan meninggalkan kehinaan untuk mencapai kemuliaan yang lebih tinggi lagi. Tangga-tangga kesucian dari Allah terbuka untukku dan kalian, maka jawablah tawaran terindah dari Yang Maha Indah, Yang memanggil hamba-hamba yang diciptanya untuk mencapai sesuatu yang indah di dunia dan akhirah, di dunia dengan keindahan yang fana dan di akhirah dengan keindahan yang kekal, dan semua yang menyambung dirinya dengan Sang Maha Indah akan diperindah hari-harinya, maka mohonlah kepada Yang Maha Indah semoga aku dan kalian diperindah dalam setiap siang dan malam kita, dunia dan akhirah kita, setiap nafas kita, setiap lintasan pemikiran kita, setiap waktu dan keadaan kita. Allah subhanahu wata'ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ ( آل عمران :185 )

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan" ( Ali Imran: 185)

Semua yang hidup pasti akan merasakan kematian, dan kematian bagi para pendosa adalah akhir dari kebahagiaan dan awal dari kehinaan. Namun kematian bagi hamba yang rindu pada Sang Maha Indah adalah berakhirnya segala cobaan dan bermulanya keindahan yang kekal. Tiadalah kehidupan dunia itu kecuali panggung sandiwara, yang kaya belum tentu bahagia dan yang miskin belum tentu dalam keadaan susah bahkan bisa jadi dalam hari-harinya selalu bahagia, bisa saja orang yang kelihatannya mulia dan kaya barangkali dia dalam kesusahan dan sangat mendambakan kemerdekaan seperti orang-orang yang miskin. Orang-orang yang semakin tinggi jabatannya hakikatnya ia semakin terpenjara dan semakin terjajah oleh jabatannya. Sedangkan orang yang berada di pinggiran jalan, bebas kapan saja dia mau makan ia bisa makan, tetapi orang yang sudah bekerja sebagai pegawai untuk makan ada waktu yang ditentukan, semakin tinggi jabatannya maka semakin sulit gerakannya, semakin penuh alam pemikirannya maka semakin sulit ia merasakan keindahan dan semakin terganggu istirahatnya, sedangkan orang yang susah kapan pun mau tidur ia bisa tidur dan terserah kapan ia mau bangun, tetapi tidak demikian dengan orang yang semakin tinggi jabatannya di dunia. Maka kaya dan miskin bukanlah menjadi tolak ukur, kaya ataupun miskin, jabatan rendah ataupun tinggi kesemuanya itu selalu terjadi sepanjang bumi diciptakan, dari generasi ke generasi mereka hidup ada yang dalam kesusahan dan ada yang dalam kebahagiaan, ada yang dalam kehinaan dan ada yang dalam kemuliaan, ada yang dalam derajat tinggi dan ada yang dalam derajat rendah, ada yang dalam musibah dan ada yang dalam kenikmatan, kesemunya itu telah terjadi dan akan terus terjadi, aku dan kalian sedang melewatinya kemudian akan melupakannya dan terlepas darinya, dan berpindah ke generasi berikutnya, demikian yang terjadi mulai dari ayahanda kita sayyidina Adam As, dan yang kekal dan abadi adalah bakti kepada Allah, cinta Allah, rindu Allah, getaran jiwa yang bersambung dengan cahaya keluhuran yang kekal, Yang Maha Melihat setiap getaran perasaan hamba-Nya, Yang Maha Melihat setiap apa yang difikirkan oleh hamba-Nya, Yang Maha Melihat apa yang akan terjadi pada hamba-Nya, Yang Maha menghargai keinginan hamba yang ingin dekat kepada-Nya, Yang Maha menyambut hamba yang ingin kembali dari kehinaan kepada keluhuran atau menambah dari keluhuran menjadi lebih luhur lagi, Dialah Yang Maha Baik melebihi segala yang baik karena semua kebaikan adalah milik-Nya dan ciptaan-Nya, Dialah Yang Maha berjasa dari semua yang berjasa, Yang memberi kita jasad, Yang memberi kita kehidupan, Yang menghamparkan bumi untuk kita, yang menciptakan hewan, tumbuhan, bulan, matahari dan segala sesuatu yang ada di daratan dan di lautan tidak lain hanyalah untuk mendekat kita kepada-Nya, untuk mencapai cinta-Nya, untuk mencapai kasih sayang-Nya, setiap detikmu adalah lamaran cinta Allah agar engkau menerima cinta Rabbul 'alamin. Hadirin hadirat, siapa yang tidak kita inginkan cintanya ini?, siapa yang selalu kita tolak lamrannya ini?, setiap detik kita selalu ingin berpaling dari ibadah, ingin berpaling dari cinta Allah, ingin selalu mentalaq Allah!. Namun Allah subhanahu wata'ala Maha Baik dan tidak memutus hamba-Nya meskipun hambnya berkali-kali mengecewakan-Nya, namun perasaan yang paling lembut dari semua yang mempunyai perasaan lembut, Sang pencipta perasaan, Allah mempunyai perasaan Yang Maha Lembut. Allah mempunyai siksa yang pedih namun kelembutan-Nya melebihi kemurkaan-Nya. Oleh sebab itu selalu lah beristighfar atas nafas-nafas kita yang terlewat dalam dosa, karena orang yang selalu hidup dalam dosa bagaikan orang yang tenggelam dalam samudera kegelapan dan ditimpa gelombang kegelapan, sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala:

أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ ( النور :40 )

"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, hampir-hampir dia tiada dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun" (QS. An Nur: 40)

Orang yang selalu dalam dosa itu bagaikan hidup dalam lautan di malam yang gelap gulita, dalam kegelapan itu ia berada di tengah samudera yang ditindih oleh gelombang yang gelap, di atas gelombang itu ada gelombang yang gelap lagi, dan diatasnya ditutup oleh awan yang gelap, kegelepan di atas kegelepan, sampai-sampai untuk melihat tangannya sendiri ia tidak bisa melihatnya, karena gelapnya keadaan hatinya. Apa maksudnya?, maksudnya ia tidak bisa melihat keindahan dan cahaya kenikmatan Allah dengan melihat tangannya, saat ia melihat tangannya seakan-sekan begitu saja adanya, padahal darimana tangan itu?, milyaran sel tulang, milyaran sel daging, milyaran sel darah, milyaran sel urat-urat, milyaran sel yang membutuhkan energi, membutuhkan mineral, membutuhkan kehidupan, ada pergantian dan ada kematian, kesemuanya ini siapa yang mengaturnya?!, siapa yang mengasuhnya?!. Jika tangan ini terangkat sekali gerakan hal itu tidak bisa kita bayar walaupun dengan segala alam semesta beserta isinya, kita tidak bisa membeli satu sel pun dalam tubuh ini kecuali dengan kehidupan yang dikehendaki Allah, jika Allah tidak menghendaki maka berhentilah seluruh fungsi sel tubuh kita. Kita lahir ke bumi bukan dengan kemauan kita, tidak ada manusia yang terlahir ke bumi karena dia sendiri yang memintanya, bayi yang terlahir tidak tau mengapa ia dilahirkan, hal ini menunjukkan bahwa kehidupan bukan dari keinginan manusia, tetapi dari keinginan sang pencipta. Orang yang terlahir tidak tau tentang kenikmatan mata, tetapi Allah telah memberinya sebelum ia memintanya, apakah seseorang tidak diberi kenikmatan berbicara sebelum ia memintanya?!, dan ia tidak tau betapa berharganya nikmat berbicara dan betapa rindu dan cemburunya orang yang tidak bisa berbicara jika melihat orang yang bisa berbicara. Betapa mahalnya orang yang bisa berdiri dan berjalan satu atau dua meter daripada orang yang tidak bisa berjalan. Saya dulu hampir 6 bulan di kursi roda, dokter mengatakan butuh waktu 8 tahun untuk bisa berdiri lagi karena over dosis di ruang ICU, salah satu rumah sakit di Jakarta terlalu banyak memberi obat asma yang diinfuskan ke tubuh sehingga membuat tulang tempurung di lutut menjadi melembek dan tidak keras maka tidak bisa diobati, butuh waktu 8 tahun baru bisa berdiri, jadi hanya di kursi roda, dan Alhamdulillah hanya sampai 6 bulan saja kemudian Allah izinkan kembali hamba ini untuk berdiri. Namun di saat saya dalam keadaan seperti itu, sungguh saya sangat cemburu melihat orang yang bisa berjalan. Ketika saya duduk di tempat tidur dan merasa haus dan ingin minum, gelas yang berisi air minum yang hanya 2 meter di depan saya, saya tidak bisa mengambilnya dan menunggu orang lain yang mengambilkannya, jika tidak ada orang yang datang membantu saya maka saya tidak bisa minum walaupun air minum itu tersedia, saat itu saya cemburu terhadap orang yang bisa berjalan dengan mudahnya, betapa berharganya nikmat berdiri itu. Namun ketika kita terkena musibah janganlah terburu-buru mencela Allah, karena barangkali musibah itu akan selalu membuat kita ingat akan kenikmatan Allah subhanahu wata'ala. Dan juga kenikmatan-kenikmatan yang lainnya seperti melihat, mendengar dan lainnya, bagaimana jika kita tidak bisa melihat?!, kita tidak akan tau perbedaan warna dan bentuk, apalagi dia yang sudah pernah melihat kemudian ia menjadi buta, bagaimana perasaannya, begitu cemburunya ia kepada yang bisa melihat, dimana dia terkadang terbentur disana sini, ditipu orang, ditertawakan orang dan lainnya, namun ingatlah bahwa setiap kesedihan itu diganjar oleh Sang Maha Baik dengan pahala dan keluhuran. Allah subhanahu wata'ala mengabarkan kepada sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bahwa Allah menurunkan malaikat untuk orang-orang yang buta seraya berfirman: "lihatlah hamba-Ku yang telah Kuambil kedua matanya, apakah ia bersabar?", maka malaikat itu menjawab: "hamba itu bersabar wahai Allah", maka Allah berfirman: "bangunkan surga untuknya". Maka terbaslah ia dari segala hisab, lepaslah ia dari segala dosa. Allah memerintahkan kepada malaikat untuk membangunkan surga baginya, mengapa?, karena ia bersabar dalam musibah yang ia hadapi. Hadirin hadirat, demikianlah keadaan orang-orang di dunia yang cemburu dengan orang yang sukses, orang-orang yang diberi keluasan harta oleh Allah dan lainnya, tetapi kelak di hari kiamat mereka yang sukses di dunia akan cemburu dengan orang-orang yang keadaannya susah semasa di dunia.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Hadits yang telah kita baca tadi, Rasulullah bertanya kepada para sahabat: "Maukah kalian kuberitahu tentang ciri-ciri penduduk surga seperti apa?", maksudnya bukan kesemuanya tetapi diantara sifat-sifatnya, maka Rasulullah melanjutkan: "Semua orang-orang yang lemah (dalam riwayat lain peminta-minta yang terusir dari pintu rumah)", terhadap orang yang dha'if (lemah) kita harus berhati-hati janganlah sampai kita menzhaliminya, karena jika dia berdoa kepada Allah maka Allah tidak akan menolaknya. Tetapi ada yang lebih berbahaya dari seorang dha'if dia adalah mutadha'if yaitu seorang yang mampu namun ia sangat merendahkan dirinya sehingga tidak terlihat kemampuan dan kekuatannya, tidak terlihat bahwa dia adalah seorang yang mempunyai kedudukan, tidak terlihat kalau dia seorang yang mempunyai keluhuran dan kemuliaan, ia selalu merendahkan dirinya serendah rendahnya, orang yang seperti itu lebih berbahaya lagi maka hati-hati terhadap orang seperti itu jangan sampai kita menzhaliminya. Dulu saat saya belajar di Tarim Hadramaut, As Syaikh Fadhl Bafadhal Ar adalah ketua mufti ( ahli fatwa) di Tarim dan di saat itu ada 5 mufti. Mufti adalah ahli fatwa yang sudah memahami dan mendalami kesemua ilmu (hadits, fiqh, tafsir dan lainnya) dalam 4 madzhab. Ketika itu saya melihat para mufti membawa tumpukan buku sedangkan Syaikh Fadhl hanya bersenderan saja tetapi kesemua ilmu sudah menempel di kepala beliau, sehingga beliau hafal suatu pembahasan dalam kitab-kitab beserta halamannya. Dan saat pertama kali datang kami tidak mengenali beliau, hanya kami pernah melihat orang tua yang hadir di majleis ta'lim (tentunya tidak sebanyak ini) mungkin sekitar ratusan orang saja, di saat itu orang tua itu duduk di pojok belakang bersama orang yang biasa menuangkan air putih dan kopi, beliau mengenakan sorban dan pakaiannya biasa saja, maka kami mengira bahwa dia adalah orang yang menuangkan kopi juga, kami tidak begitu peduli dengan dia apalagi di saat itu kami datang terlambat, kami melihat beliau dan beliau pun melihat kami. Setelah selesai majelis maka semua orang berebutan untuk bersalaman dengan beliau, ternyata beliau adalah Syaikh Fadhl ketua mufti Tarim Hadramaut, subhanallah sungguh sangat merendahkan diri. Maka terhadap orang yang seperti ini berhati-hatilah karena jika mereka bersumpah dengan nama Allah maka akan Allah akan mengabulkan, berhati-hatilah terhadap para pengemis di jalanan barangkali kita akan cemburu dengan keadaannya kelak di hari kiamat, sekarang kita melihat ia kesusahan mungkin nanti kita akan cemburu dengan istananya kelak di surga, namun bukan berarti kita bertujuan untuk menjadi seperti mereka tetapi hal itu menjadi pelajaran bagi kita, karena Allah subhanahu wata'ala mengajarkan kita untuk berprasangka baik, maka berhati-hatilah kita terhadap orang yang lemah atau yang merendahkan diri, karena orang itu belum tentu lemah. Diriwayatkan ketika seorang 'arif billah yang mempunyai murid, sepulangnya dari pasar murid ini berkata kepada gurunya: "wahai guruku, berilah aku Ism Al A'dzham", maka gurunya berkata: "kenapa, apa yang engkau inginkan dengan Ism Al A'dzham?". Ism Al A'dzham ini jika seseorang berdoa dengannya maka akan dikabulkan doanya, maka murid itu berkata: " Tadi saya ke pasar, saya melihat ada seorang berkuda yang kaya raya dan membawa pedang, dan saya melihat ada seorang kakek yang sangat tua dan lemah membawa kayu bakar dari hutan untuk dijual di pasar, dan orang yang berkuda yang kaya raya itu merenggut kayu itu begitu saja, maka orang tua itu berkata: "mana upahnya?, saya mengumpulkan kayu-kayu ini dari hutan untuk dijual di pasar", tetapi lelaki berkuda itu justru menendangnya kemudian pergi, maka saya sangat marah terhadap lelaki itu, padahal dia mampu untuk membayar harga kayu itu, begitu jahatnya dia terhadap orang tua yang sudah bersusah payah mengumpulkan kayu dari hutan, maka jika aku memiliki Ism Al A'zham aku akan mendoakan orang itu agar celaka, sebab dia mampu untuk mencari kayu bakar dan mungkin hanya dalam beberapa jam saja dia akan mendapatkannya, tetapi orang tua itu mungkin butuh waktu satu hari untuk mendapatkan kayu bakar karena dia sudah lanjut usia dan sangat lemah". Maka gurunya berkata: "beritahu kepadaku tentang ciri-ciri orang tua itu?", maka murid itupun menjelaskan ciri-ciri kakek tua itu kepada gurunya. Hadirin hadirat, jika orang tua itu berdoa maka celakalah lelaki berkuda itu, namun dia adalah orang yang rendah diri yang berjiwa sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah kalau mau berdoa untuk kecelakan kuffar quraisy, sekali ia mengangkat tangannya maka akan terpendam seluruh kuffar quraisy kedalam bumi dalam sekejap. Nabiyullah Nuh As telah berdoa sebagaimana dalam firman Allah:

وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا، إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا ( نوح: 26 )

" Nuh berkata: "Ya Rabbku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi" (QS. Nuh: 26 )

Maka Allah menjawab doa itu, Allah turunkan hujan sebanyak-banyaknya dan memerintahkan bumi untuk memuntahkan air sebanyak-banyaknya, dan tidak satu pun daratan yang tersisa di muka bumi, kecuali perahu nabiyullah Nuh As. Barangkali itu adalah akhir dari dinasti dinosaurus dan lainnya, karena di saat itu kesemuanya tenggelam oleh air dan yang tersisa hanyalah hewan-hewan yang dibawa oleh nabiyullah Nuh As.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Nabi Muhammad rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah pemimpin para nabi dan rasul, tetapi ketika beliau dilempari kotoran onta beliau hanya diam saja dan tidak bergeming dari sujudnya, sampai putrinya sayyidah Fathimah Az Zahra' berlari menangis dan berkata: "wahai para tetangga janganlah kalian berlaku demikian, tidaklah sepantasnya kalian melempari punggung ayahku dengan kotoran onta di saat beliau bersusujud di depan ka'bah", maka ketika itu Rasulullah bangkit dan menenangkan putrinya an berkata: "wahai putriku tenanglah, akan datang suatu waktu dimana ajaran ayahmu masuk ke semua rumah penduduk dunia ini, di barat dan timur", demikian indahnya budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Melanjutkan hadits tadi, kemudian Rasulullah bersabda: "maukah kalian kutunjukkan ciri-ciri penduduk neraka, mereka adalah orang yang senang mencaci maki orang lain, orang yang selalu mengumpulkan harta dan tidak mau mengeluarkannya, dan orang yang menyobongkan dirinya", itu adalah sebagian dari sifat penghuni neraka, dan kita mempunyai sanubari yang belum tentu bersih dari sifat-sifat itu, namun kita mempunyai Sang Pencipta Yang Maha Mampu menghapus kesemua sifat itu dari sanubari kita dan menggatikan dengan kesucian, oleh sebab itu berkata hujjatul islam wabarakatul anam Al Imam Abdullah bin 'Alawy Al Haddad dalam munajatnya :

قَدِ اسْتَـعَنْتُكَ رَبِّيْ عَلَى مُدَاوَاةِ قَلْبِيْ وَحَلِّ عُقْدَةِ كَرْبِيْ فَانْظُرْ إِلَى الغَمِّ يَنْجَال

" Sungguh telah kupasrahakan (meminta pertolongan) kepada Tuhanku untuk mengobati sanubariku, dan lepaskanlah ikatan kesusahanku, lihatlah kegundahanku jauhkan dan hilangkanlah"

Padahal beliau adalah seorang Qutb al irsyad wa ghauts al bilad wal 'ibaad, shahib Ar Rathib namun demikian tawaddu'nya beliau bermunajat, demikianlah cara mereka membenahi dirinya, yaitu dengan berusaha kemudian memasrahkannya kepada Yang Maha Kuat, dan memahami bahwa dirinya adalah hamba yang lemah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda bahwa salah satu kelompok yang dinaungi oleh Allah disaat tidak ada naungan kecuali naungan Allah adalah orang yang ketika mengingat Allah mengalirlah air matanya. Orang yang ketika mengingat dan menyebut nama Allah, merasa risau Allah akan menjauhinya, merasa risau Allah akan memutus cintanya, merasa risau Allah akan kecewa kepadanya, merasa risau jika Allah tidak ingin dekat dengannya, risau tidak dicintai Allah, ia selalu berharap diampuni oleh Allah, berharap dicintai Allah, berharap dipermudah oleh Allah, berharap diperindah oleh Allah, berharap dipersuci oleh Allah, diperluhur oleh Allah, dimuliakan oleh Allah, selalu penuh harapan dan kerisauan, harapan untuk selalu dekat dengan Allah dan risau akan jauh dari Allah, harapan untuk dicintai dan diridhai oleh Allah dan risau akan dimurkaiNya, jiwa yang seperti inilah yang merupakan jiwa yang agung di sisi Allah, dimuliakan Allah. Tadi telah disampaikan oleh guru kita Al Ustadz Syahrullah Ramli bahwa Allah tidak memandang terhadap bentuk kita, tetapi memandang sanubari kita. Maka jadikan sanubari kita sebagai berlian Ilahi, yang berpijar dengan cahaya Allah, dan kita tidak akan bisa mencapainya kecuali dengan tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kecuali dengan cinta kepada sayyidina Muhammad. Hadirin hadirat, beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjaga semua panca inderanya selalu dalam kesucian, diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ketika tiga orang sahabat datang bertamu kepada beliau dan memberi salam, beliau tidak menjawab salam mereka, mereka mengulang salam tetapi Rasulullah tetap tidak menjawab, maka mereka merasa bahwa mereka adalah orang yang banyak berdosa sampai-sampai Rasulullah tidak mau menjawab salam mereka, kemudian mereka mengucapakan salam yang ketiga kalinya maka Rasulullah mengambil tanah lalu bertayammun kemudian menjawab salam mereka, apa maksudnya?, beliau tidak mau menjawab salam, kecuali dalam keadaan suci, barangkali beliau yang tadinya dalam keadaan berwudhu kemudian berhadats atau mungkin bangun dari tidurnya, disaat itu beliau melihat tidak ada air disekitarnya, dan ketika ada orang yang memberi salam beliau tidak mau menjawabnya, maka karena beliau tidak menemukan air beliau bertayammum dulu kemudian menjawab salam mereka. Adakah orang yang lebih indah dan memuliakan tamu seperti nabi Muhammad?!. Betapa kekurangannya dan berbedanya kita dalam memuliakan tamu dibandingkan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan betapa indahnya bibir sang nabi yang tidak mau berucap kepada orang lain kecuali beliau dalam keadaan suci. Barangkali diantara kita ada yang tidak mampu selalu dalam keadaan suci karena kesibukan, maka paling tidak setiap kita berhadats dan masuk ke toilet hendaklah berwudhu', dan jika setelah keluar toilet batal lagi maka ketika nanti akan ke kamar mandi berwudhulah lagi, paling tidak berbuatlah demikian, tetapi jika mampu teruslah selalu dalam keadaan suci. Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa suara sandal sayyidina Bilal terdengar di surga, kata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Setelah ditanya apa yang telah diperbuat oleh sayyidina Bilal, maka beliau menjawab "aku mendawamkan wudhu (selalu dalam keadaan berwudhu)". Subhanallah, orangnya belum wafat tetapi sandalnya sudah berada di surga, yang dimaksud bukanlah sandalnya tetapi suara langkah sayyidina Bilal sudah terdengar didalam surga sebelum dia wafat, karena selalu menjaga dalam kesucian.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Yang terakhir yang ingin saya sampaikan, mengenai kabar yang tersebar tentang rencana pemindahan makam Al Arif billah Al Habib Abdurrahman bin Abdullah Al Habsyi Ar, ayah dari Al Habib Ali Al Habsyi di kwitang, saya menghimbau kepada seluruh muslimin muslimat dan menginstruksikan kepada jamaah Majelis Rasulullah untuk tidak berbuat anarkis dalam hal ini, kita tidak ingin peristiwa berdarah di Priuk terulang, sanubari kita merasa berat jika makam itu dipindahkan namun kita juga tidak mau ada pertumpahan darah, karena shahib al maqam pun tidak akan ridha jika pertumpahan darah atau perpecahan terjadi sebab beliau, oleh sebab itu jangan sampai terjadi kekerasan, setuju ataupun tidak masing-masing mempunyai pendapat, namun jangan sampai terpancing oleh provokator yang akan membuat rusaknya dakwah kita. Oleh karena itu jika terlihat sesuatu yang tidak menyenangkan yang kebetulan disaat kalian ziarah kesana, maka segera laporkan kepada fihak yang berwajib, saya sudah konfirmasi pada Kapolres Jakarta Pusat dan juga sudah konfirmasi dengan Dir Intel di Polda Metrojaya dan juga kepada staff khusus kepresidenan untuk mengatasi masalah ini agar segera reda. Apakah makam itu dipindahkan atau tetap pada tempatnya, namun jangan sampai terjadi insiden berdarah seperti peristiwa Gubah Priok, demikian yang ingin saya sampaikan. Kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala semoga Allah menyatukan muslimin, semoga Allah menjaga makam-makam para shalihin, Ya rahman ya rahim ya dzaljalali wal ikram kami memasrahkan keadaan kami kepada-Mu, inilah kami dengan segala kelemahan, inilah kami dengan segala kekurangan, inilah kami dengan segala ketidakmampuan, namun kami memahami ada satu Yang Maha Melihat kami, Maha Memahami segala lintasan pemikiran kami, Dialah Engkau Ya Allah, hanyalah Engkau Yang Maha Tunggal, Maha Mengetahui apa yang telah berlalu dari kehinaan kami, dan Maha Mengetahui apa yang akan terjadi pada kami, wahai nama Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi, nama Yang Maha Sempurna dan Maha Kekal, nama Yang Maha Mengawali segalanya, Yang Tunggal mengawali segala kejadian, Tunggal mengawali segala kehidupan, Tunggal mengawali segala keluhuran, Tunggal membagi-bagikan kebahagiaan dan kenikmatan, sampai kabar kepada saya bahwa malam ini telah hadir lebih dari 40.000, kesemua yang hadir disini dan yang mendengarkan di radio Wadi FM atau radio lainnya, yang menyaksikan acara ini di streaming website Majelis Rasulullah pastikan kesemuanya dalam kebahagiaan dunia dan akhirah, Ya Allah kami tidak meminta berlebihan melainkan doa yang Engkau ajarkan :

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (البقرة :201)

" Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" (QS. Al Baqarah: 201)

Wahai Yang Maha Luhur, wahai Yang Maha bercahaya, wahai Yang Maha Indah, wahai Yang Maha melimpahkan kebahagian, wahai Yang Maha melimpahkan keluhuran, wahai Yang Maha mengangkat dan mempermudah segala kesulitan, wahai Yang Maha menyingkirkan segala kegundahan hati, wahai Yang Maha membuka segala yang tertutup dan sulit untuk dilakukan, wahai Rabbi Yang Maha Mampu berkuasa merubah segala sesuatu, sungguh Engkau pemilik segala sesuatu, wahai Rabbi pemilik segala sesuatu maka jadikanlah segala sesuatu membantu kami untuk mendekat kehadirat-Mu ya Allah ya Rahman ya Rahim, kami memanggil nama-Mu dengan lisan dan jiwa kami, dengan ruh dan perasaan agar Engkau mendekatkan kami kepada keridhaan dan cinta-Mu, jauhkan kami dari kemurkaan-Mu, jauhkan kami dari siksa-Mu, janganlah Engkau siksa satu pun dari kami, tidak di dunia, tidak di sakaratul maut, tidak di alam kubur, tidak pula di api neraka, hal itu tidaklah sulit bagi-Mu walaupun hal itu mustahil bagi kami, namun sungguh tidak mustahil bagi kedermawanan-Mu….

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ... مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ

Hadirin hadirat, ada satu majalah (saya tidak mau menyebutkan namanya) yang selalu menjelek-jelekkan Majelis Rasulullah maka jangan kalian beli majalah tersebut karena lebih baik diinfakkan kepada fuqara' daripada untuk membeli majalah yang mencaci maki kita. Namun kita tidak rugi dengan cacian itu, jangan sampai kita dimurkai Allah, jika Allah murka kepada kita maka hal itu harus kita risaukan, kalau cuma lembaran kertas kita ikuti salah satu cara Gus Dur saja "yah biar aja", tulis apa yang ingin engkau tulis, kami tetap berjalan bersama sayyidina Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, tulis apa yang ingin engkau tulis "majelis yang merusak", "majelis yang membuat kekacauan lalu lintas", apapun yang kalian ucapkan kami akan terus membenahi diri kami dan Jakarta ini dengan kedamaian, kalian tidak akan bisa mengguncang kami untuk melampiaskan emosi kami, kami akan tetap bersama sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka mengira kita akan marah dan menuntut ke pengadilan!!, bagi kita masalah seperti itu sangatlah sepele. Majalah itu sudah tidak laku dan tidak ada yang membeli maka mencari cara supaya laku jadi mencari masalah dengan majelis-majelis yang besar supaya majalah itu dibeli, maka janganlah dibeli. Dalam masalah ini bukan berarti kita penakut, ingat tadi yang telah saya sampaikan tentang seorang mutadha'if, orang yang mempunyai kekuatan tetapi diam tidak mau memperlihatkannya, Majelis Rasulullah tidak akan terpancing emosi dengan munculnya ucapan dan fitnah di majalah itu, namun kekuatan jiwa kita mereka tidak mengetahuinya, didalam jiwa kita tersimpan kalimat "Allah", Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, rahasia keagungan Allah pendamlah di dalam hatimu maka itu akan menjadi kekuatan besar. Mudah-mudahan mereka diberi hidayah oleh Allah, amin. Kita doakan juga para habaib kita yang dari Ambon semoga dilimpahi kekuatan oleh Allah dalam perjuangan dakwahnya, terima kasih atas kehadirannya kami tidak bisa memberikan sambutan yang hangat dan baik, namun kehadiran mereka sungguh sangat membuat kita gembira dan bangga karena mereka mau menginjakkan kaki ke majelis kita, dan semoga ada waktunya kita juga berkunjung kesana untuk menyambung silaturrahmi, dan insyaallah ini adalah yang pertama dan akan berkelanjutan di masa mendatang. Selanjutnya qasidah doa untuk muslimin muslimat agar dijauhkan dari musibah dan segala masalah, kemudian doa penutup oleh Al Habib Abdurrahman Al Habsyi, falyatafaddhal.

sumber: majelisrasulullah.org

Kamis, 30 September 2010

HABIB AHMAD BIN ALWI AL HADAD (HABIB KUNCUNG KALIBATA)

HABIB AHMAD BIN ALWI AL HADAD (HABIB KUNCUNG KALIBATA)


Tak jauh dari Mall Kalibata terdapat maqom Seorang waliyulloh, Habib Ahmad Bin alwi Al hadad yang dikenal dengan Habib Kuncung. Beliau adalah seorang ulama yang memilki prilaku ganjil (khoriqul a’dah) yaitu diluar kebiasaan manusia umumnya.beliau adalah waliyullah yang sengaja ditutup kewaliannya agar orang biasa tidak menyadari kelebihannya karena di kawatirkan umat nabi Muhammad terlalu mencintainya dan agar tidak terlena dengan karamah nya tersebut maka allah swt menutup karamahnya tersebut dan hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat semua karomah Beliau.Habib Kuncung juga terkenal sebagai ahli Darkah maksudnya disaat sesorang dalam kesulitan dan sangat memerlukan bantuan beliau muncul dengan tiba – tiba .Lahir di Gurfha HadroMaut Tarim tanggal 26 sya’ban Tahun 1254 H, beliau berguru kepada Ayahandanya sendiri Habib alwi Al Hadad dan juga belajar kepada Al A’lamah Habib Ali bin Husein Al Hadad, Habib Abdurrahman Bin Abdulloh Al Habsyi dan Habib Abdulloh bin Muchsin al athos. Sebagaimana kebiasaan Ulama-ulama dari Hadromaut untuk melakukan perjalanan Ritual Dakwah ke berbagai negara termasuk ke Indonesia. Habib ahmad bin Alwi al hadad melakukan ritual dakwah ke Indonesia pertama kali singgah di Kupang dan menurut cerita Beliau Menetap beberapa tahun disana dan menikah dengan wanita bernama Syarifah Raguan Al Habsyi dan di karunai anak bernama Habib Muhammad Bin Ahmad Al Hadad. Selanjutnya Habib Ahmad bin Alwi al hadad melanjutkan dakwahnya ke pulau jawa dan menetap di Kali Bata hingga wafatnya.

Gelar Habib Kuncung yang diberikan kepada Habib Ahmad bin Alwi Al hadad yang saya tahu karena kebiasaan Beliau mengenakan Kopiah yang menjulang keatas (Muncung), dan Prilaku beliau yang terlihat aneh dari kebiasaan orang pada umumnya terutama dalam hal berpakaian. Habib Kuncung Wafat dalam usia 93 tahun tepatnya tanggal 29 sya,ban 1345 H atau sekitar tahun 1926 M dan di Maqomkan di Pemakaman Keluarga Al Hadad di Kalibata jakarta selatan.

maoqom Habib ahmad bin alwi al hadad



Hingga kini Maqom Beliau selalu Ramai di kunjungi oleh para Peziarah dari berbagai daerah di Nusantara terutama pada perayaan Maulid yang diadakan setiap minggu pertama Bulan Robiul awal ba’da asyar.
This entry was posted in MANAKIB and tagged habib kuncung. Bookmark the permalink.
54 Responses to HABIB AHMAD BIN ALWI AL HADAD (HABIB KUNCUNG KALIBATA)
hmd | 21 Februari 2008 pukul 07:01 | Balas

saya pernah tersesat di jkt mutar2 ngak ketemu jalan poros
akhirnya ketemu maqam nya habib kuncung saya pikir saya di tarik untuk jiarah,di makamnya beliau.
selesai saya jjiarah kemakam habib,hati saya serasa plong
keluar dan meneruskan perjalanan,tanpa ragu dan bimbang untuk meneruskan perjalanan,subhanallah saya langsung menemukan jalan poros yang saya cari2 tadi,,,beliau memang seorang wali allah,,,,,

HABIB HUSEIN BIN ABI BAKAR AL IDRUS LUAR BATANG

HABIB HUSEIN BIN ABI BAKAR AL IDRUS LUAR BATANG

Ketika saya kecil hingga beranjak dewasa kampung saya selalu ramai di kunjungi oleh para peziarah baik itu dari dari jakarta dan sekitarnya maupun dari luar kota terutama pada malam jum’at.Kampung Luar batang itulah tempat kelahiran saya yang terletak di daerah padat penduduk di jakarta utara.Tepat disamping rumah saya terdapat Maqom seorang waliyulloh yang terkenal dengan karomahnya.Beliau adalah Habib husein bin abi bakar al idrus lahir di Migrab, dekat Hazam, Hadramaut, Datang di Betawi sekitar tahun 1746 M. Berdasarkan cerita, bahwa beliau wafat di Luar Batang, Betawi tanggal 24 Juni 1756 M. bertepatan dengan 17 Ramadhan 1169 Hijriyah. . Silsilah beliau : Habib Husein bin Abubakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah bin Abubakar Al-Sakran bin Abdurrahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath.

Habib Husein yang lebih terkenal dengan sebutan Habib Keramat Luar Batang,menurut Habib Musthofa Alidrus yang selalu membacakan Manaqib Habib husein Alidrus pada acara haul diwaktu Habib Husein masih hidup beliau pernah berkata kepada seorang opsir belanda “nanti suatu saat kamu akan menjadi orang besar”, opsir tsb tdk mengindahkan kata2 Habib, hingga dia pulang ke negaranya lalu dipanggil lagi ke indonesia dengan jabatan tinggi, dia teringat akan kata2 Habib dan mau memberikan hadiah, lalu ditawarkan berbagai hadiah spt uang,emas dll tapi Habib tidak mau, akhirnya disepakati Habib mau menerima hadiah berupa kepemilikan daerah sekeliling yg sekarang lokasinya di makamnya itu, dulunya daerah itu adalah tempat yg kalau laut pasang terendam air, setelah dikabulkan maka di pasang patok2 kayu menandakan batas wilayah yang Habib inginkan, nah dari situ muncul kata2 “luar batang” karena dari laut tersebut keluar batang2 kayu pembatas .

Habib Husein tiba di Luar Batang, daerah Pasar Ikan, Jakarta, yang merupakan benteng pertahanan Belanda di Jakarta. Kapal layar yang ditumpangi Habib Husein terdampat didaerah ini, padahal daerah ini tidak boleh dikunjungi orang, maka Habib Husein dan rombongan diusir dengan digiring keluar dari teluk Jakarta. Tidak beberapa lama kemudian Habib Husein dengan sebuah sekoci terapung-apung dan terdampar kembali di daerah yang dilarang oleh Belanda. Kemudian seorang Betawi membawa Habib Husein dengan menyembunyikannya. Orang Betawi ini pun berguru kepada Habib Husein. Habib Husein membangun Masjid Luar Batang yang masih berdiri hingga sekarang. Orang Betawi ini bernama Haji Abdul Kadir. Makamnya di samping makam Habib Husein yang terletak di samping Masjid Luar Batang.

Habib Husein sering tidak patuh pada Belanda. Sekali Waktu beliau tidak mematuhi larangannya, kemudian ditangkap Belanda dan di penjara di Glodok. Di Tahanan ini Habib Husein kalau siang dia ada di sel, tetapi kalau malam menghilang entah kemana. Sehingga penjaga tahanan (sipir penjara) menjadi takut oleh kejadian ini. Kemudian Habib Husein disuruh pulang, tetapi beliau tidak menghiraukan alias tidak mau pulang, maka Habib Husein dibiarkan saja. Suatu Waktu beliau sendiri yang mau pergi dari penjara.

MAQOM AL HABIB HUSEIN BIN ABI BAKAR ALIDRUS



Dulu pernah ada cerita pada waktu itu ada seseorang warga pergi kepasar dan dia membeli daging mentah, begitu akan pulang kerumah beliau mendengar kabar bahwa Habib husein bin abi bakar al idrus berpulang kerahmatulloh, maka bergegas dia pergi kemasjid untuk ikut bersama-sama sholat jenazah .Setelah selesai sholat jenazah dan ikut menguburkan dia kembali kerumah dan menyuruh sang istri untuk segera memasak daging tersebut.Namun hingga beberapa lamanya sang istri memasak daging itu tidak matang-matang.,dan masih keliatan seperti daging segar, ditengah keanehan yang terjadi sang istripun mengeluh kepada suaminya; “bang ko daging yang saya masak tidak mateng-mateng ? padahal sudah hampir setengah hari saya memasak daging itu, tapi daging itu tetap segar !. Sang suamipun juga diliputi keanehan tersebut !.Setelah beberapa lama dia berpikir akhirnya dia ingat sesuatu, sewaktu dia mengikuti majlis taklim yang diadakan oleh Habib husein bin abi bakar al idrus , beliau pernah berceramah bahwa barang siapa yang mensholati aku sewaktu aku meninggal dunia nanti, maka dia dia tidak akan bisa tersentuh oleh api neraka. Akhirnya dia mengambil pelajaran yang sangat berharga dari peristiwa keanehan tersebut, dia berdoa kepada Alloh Ya Alloh mudah-mudahan aku terlindungi dari jilatan api nereka karena memuliakan Kekasih-Mu.



Karomah yang masih tampak hingga saat inilah adalah bahwa maqom beliau selama 24 jam tidak pernah sepi dari para peziarah yang selalu membaca alquran atau sekedar berzikir.

Hingga saat ini maqam Habib husein selalu ramai di kunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah di tanah air maupun dari mancanegara.Terutama pada malam jum’at kliwon atau perayaan tertentu seperti maulid nabi Muhammad SAW yang selalu diadakan setiap akhir minggu di bulan robiul awal dan Haul Habib husein yang diadakan setiap akhir minggu di bulan syawal.

Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad, Mbah Priok


Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad, Mbah Priok
Posted on 16 April 2010 by arroudloh

Habib Hasan bin Muhammad Al-Haddad lahir di di Ulu, Palembang, Sumatera selatan, pada tahun 1291 H / 1870 M. Semasa kecil beliau mengaji kepada kakek dan ayahnya di Palembang. Saat remaja, beliau mengembara selama babarapa tahun ke Hadramaut, Yaman, untuk belajar agama, sekaligus menelusuri jejak leluhurnya, Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, Shohib Ratib Haddad, yang hingga kini masih dibaca sebagian besar kaum muslimin Indonesia. Beliau menetap beberapa tahun lamanya, setelah itu kembali ke tempat kelahirannya, di Ulu, Palembang.

Ketika petani Banten, dibantu para Ulama, memberontak kepada kompeni Belanda (tahun 1880) , banyak ulama melarikan diri ke Palembang; dan disana mereka mendapat perlindungan dari Habib Hasan. Tentu saja pemerintah kolonial tidak senang. Dan sejak itu, beliau selalu diincar oleh mata-mata Belanda.

Pada tahun 1899, ketika usianya 29 tahun, beliau berkunjung ke Jawa, ditemani saudaranya, Habib Ali Al-Haddad, dan tiga orang pembantunya, untuk berziarah ke makam Habib Husein Al Aydrus di Luar Batang, Jakarta Utara, Sunan Gunung Jati di Cirebon dan Sunan Ampel di Surabaya. Dalam perjalanan menggunakan perahu layar itu, beliau banyak menghadapi gangguan dan rintangan. Mata-mata kompeni Belanda selalu saja mengincarnya. Sebelum sampai di Batavia, perahunya di bombardier oleh Belanda. Tapi Alhamdulillah, seluruh rombongan hingga dapat melanjutkan perjalanan sampai di Batavia. Dalam perjalanan yang memakan waktu kurang lebih dua bulan itu, mereka sempat singgah di beberapa tempat. Hingga pada sebuah perjalanan, perahu mereka dihantam badai. Perahu terguncang, semua perbekalan tumpah ke laut. Untunglah masih tersisa sebagian peralatan dapur, antara lain periuk, dan beberapa liter beras. Untuk menanak nasi, mereka menggunakan beberapa potong kayu kapal sebagai bahan bakar. Beberapa hari kemudian, mereka kembali dihantam badai. Kali ini lebih besar. Perahu pecah, bahkan tenggelam, hingga tiga orang pengikutnya meninggal dunia. Dengan susah payah kedua Habib itu menyelamatkan diri dengan mengapung menggunakan beberapa batang kayu sisa perahu. Karena tidak makan selama 10 hari, akhirnya Habib Hasan jatuh sakit, dan selang beberapa lama kemudian beliaupun wafat.

Sementara Habib Ali Al-Haddad masih lemah, duduk di perahu bersama jenazah Habib Hasan, perahu terdorong oleh ombak-ombak kecil dan ikan lumba-lumba, sehingga terdampar di pantai utara Batavia. Para nelayan yang menemukannya segera menolong dan memakamkan jenazah Habib Hasan. Kayu dayung yang sudah patah digunakan sebagai nisan dibagian kepala; sementara di bagian kaki ditancapkan nisan dari sebatang kayu sebesar kaki anak-anak. Sementara periuk nasinya ditaruh disisi makam. Sebagai pertanda, di atas makamnya ditanam bunga tanjung. Masyarakat disekitar daerah itu melihat kuburan yang ada periuknya itu di malam hari selalu bercahaya. Lama-kelamaan masyarakat menamakan daerah tersebut Tanjung periuk. Sesuai yang mereka lihat di makam Habib Hasan, yairtu bunga tanjung dan periuk. Konon, periuk tersebut lama-lama bergeser dan akhirnya sampai ke laut.
Banyak orang yang bercerita bahwa, tiga atau empat tahun sekali, periuk tersebut di laut dengan ukuran kurang lebih sebesar rumah. Diantara orang yang menyaksikan kejadian itu adalah anggota TNI Angkatan Laut, sersan mayor Ismail. Tatkala bertugas di tengah malam, ia melihat langsung periuk tersebut. Karena kejadian itulah, banyak orang menyebut daerah itu : Tanjung Periuk.

Sebenarnya tempat makam yang sekarang adalah makam pindahan dari makam asli. Awalnya ketika Belanda akan menggusur makam Habib Hasan, mereka tidak mampu, karena kuli-kuli yang diperintahkan untuk menggali menghilang secara misterius. Setiap malam mereka melihat orang berjubah putih yang sedang berdzikir dengan kemilau cahaya nan gemilang selalu duduk dekat nisan periuk itu. Akhirnya adik Habib Hasan, yaitu Habib Zein bin Muhammad Al-Haddad , dipanggil dari Palembang khusus untuk memimpin doa agar jasad Habib Hasan mudah dipindahkan. Berkat izin Allah swt, jenazah Habib Hasan yang masih utuh, kain kafannya juga utuh tanpa ada kerusakan sedikitpun, dipindahkan ke makam sekarang di kawasan Dobo, tidak jauh dari seksi satu sekarang.

Salah satu karomah Habib Hasan adalah suatu saat pernah orang mengancam Habib Hasan dengan singa, beliau lalu membalasnya dengan mengirim katak. Katak ini dengan cerdik lalu menaiki kepala singa dan mengencingi matanya. Singa kelabakan dan akhirnya lari terbirit-birit.

Habib Ali bin Abdurahman bin Abdullah Al-Habsyi


Habib Ali bin Abdurahman bin Abdullah Al-Habsyi
Penggerak Majelis Taklim di Tanah Betawi

Ia dikenal sebagai penggerak pertama Majelis Taklim di Tanah Betawi. Majelis taklim yang digelar di Kwitang, Jakarta Pusat, merupakan perintis berdirinya majelis taklim-majelis taklim di seluruh tanah air



Setiap Minggu pagi kawasan Kwitang didatangi oleh puluhan ribu jamaah dari berbagai pelosok, tidak hanya dari Jakarta, saja namun juga dari Depok, Bogor Sukabumi dan lain-lain. Bagi orang Betawi, menyebut Kwitang pasti akan teringat dengan salah satu habib kharismatik Betawi dan sering disebut-sebut sebagai perintis majelis Taklim di Jakarta, tiada lain adalah Habib Ali bin Abdurrahman bin Abdullah Al-Habsyi atau yang kerap disapa dengan panggilan Habib Ali Kwitang.

Jamaahnya makin hari makin bertambah banyak. Begitu pula dengan peringatan Maulid. Jamaah yang hadir setiap tahun bertambah banyak. Bak lautan manusia, mereka memadati setiap ruas jalan yang berada di sekitar kawasan Masjid Kwitang, Jakarta. Mereka seperti tersedot oleh pesona Simthud Durar.

Majelis taklim Habib Ali di Kwitang merupakan majelis taklim pertama di Jakarta. Sebelumnya, boleh dibilang tidak ada orang yang berani membuka majelis taklim. Karena selalu dibayang-bayangi dan dibatasi oleh pemerintah kolonial, Belanda. “Orang-orang Betawi sendiri baru menggelar majelis taklim setelah Habib Ali wafat. Sebelumnya tidak ada yang berani,” kenang K.H. Abdul Rasyid.

Maka, untuk mengenang jasa-jasa Habib Ali, tiga majelis taklim tersebut selalu membuka pengajian dengan membaca Surah Al-Fatihah, untuk dihadiahkan kepada almarhum.

Menurut beberapa habib dan kiai, majelis taklim Habib Ali Kwitang akan bertahan lebih dari satu abad. Karena ajaran Islam yang disuguhkan berlandaskan tauhid, kemurnian iman, solidaritas sosial, dan nilai-nilai keluhuran budi atau akhlakul karimah. Habib Ali, kata mereka, mengajarkan latihan kebersihan jiwa melalui tasawuf. Dia tidak pernah mengajarkan kebencian, hasad, dengki, gibah, ataupun fitnah. Sebaliknya, almarhum mengembangkan tradisi ahlulbait, yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, menghormati hak setiap manusia tanpa membedakan status sosial.

Menurut K.H. Abdul Rasyid, banyak ulama Jakarta yang menjadi murid almarhum. Mereka belajar di Madrasah Unwanul Falah di Kwitang yang didirikan tahun 1920, sebagai madrasah modern pertama bersama Jam’iyyatul Khair. Sementara itu, oleh Habib Abdul Rahman, cucu almarhum, madrasah yang telah ditutup saat revolusi fisik dahulu sudah dibuka kembali. “Tanah yang dulu jadi tempat madrasah yang didirikan kakek saya sudah dibebaskan. Sekarang tinggal membangun kembali,” kata Habib Abdul Rahman.

Dalam dakwahnya selama 80 tahun, Habib Ali selalu menganjurkan agar umat senantiasa berbudi luhur, memegang teguh ukhuwah Islamiah, dan meneladani keluhuran budi Rasulullah SAW. Ia juga menganjurkan kepada kaum ibu untuk menjadi tiang masyarakat dan negara, dengan mendidik anak-anak agar menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT dan rasul-Nya.

Habib Ali sendiri lahir di Kwitang, di jantung Jakarta Pusat pada 1286 H/1869 M. Dia adalah putra Habib Abdurrahman bin Abdullah Al-Habsyi. Ayahandanya, yang kelahiran Semarang, adalah kerabat pelukis terkenal Raden Saleh Bustaman, seorang sayid dari keluarga Bin Yahya. Ketika ia mulai tumbuh remaja, ayahnya yakni Habib Abdurrahman wafat pada 1881, dimakamkan di sebidang tanah di Cikini, belakang Taman Ismail Marzuki – yang kala itu milik Raden Saleh.

Adapun kakeknya, Habib Abdullah bin Muhammad Al-Habsyi, dilahirkan di Pontianak, Kalimantan Barat. Dia menikah di Semarang. Dalam pelayaran kembali ke Pontianak, ia wafat, karena kapalnya karam. Adapun Habib Muhammad Al-Habsyi, kakek buyut Habib Ali Kwitang, datang dari Hadramaut lalu bermukim di Pontianak dan mendirikan Kesultanan Hasyimiah dengan para sultan dari klan Algadri.
Simthud Durar

Dua tahun setelah sang ayah wafat, Habib Ali Kwitang yang saat itu masih berusia 11 tahun, berangkat belajar ke Hadramaut. – sesuai wasiat ayahandanya yang kala itu sudah wafat. Tempat pertama yang dituju adalah rubath Habib Abdurrahman bin Alwi Alaydrus. Di majelis mulia itu ia juga membaca kitab kepada Habib Hsan bin Ahmad Alaydrus, Habib Zen bin Alwi Ba’abud dan Syekh Hasan bin Awadh bin Makhdzam.

Di antara para gurunya yang lain di Hadramaut yaitu Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (penyusun Simthud Durar), Habib Ahmad bin Hasan Alatas (Huraidah), dan Habib Ahmad bin Muhsin Al-Hadar (Bangil). Selama 4 tahun, Habib Ali Kwitang tinggal di sana, lalu pada tahun 1303 H/1886 M ia pulang ke Betawi.

Pulang dari Hadramaut , ia belajar kepada Habib Utsman bin Yahya (mufti Batavia), Habib Husein bin Muhsin Alatas (Kramat, Bogor), Habib Alwi bin Abdurrahman Al-Masyhur, Habib Umar bin Idrus Alaydrus, Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Aththas (Pekalongan), Habib Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhor (Bondowoso).

Ketika terjadi perang di Tripoli Barat (Libya), Habib Utsman menyuruh Habib Ali Kwitang untuk berpidato di masjid Jami’ dalam rangka meminta pertolongan pada kaum muslimin agar membantu umat Islam yang menderita di Tripoli. Padahal pada waktu itu, Habib Ali Kwitang belum terbiasa tampil di podium. Tapi, dengan tampil di podium atas suruhan Habib Utsman, sejak saat itu lidahnya fasih dalam memberikan nasehat dan kemudian ia menjadi dai.

Setelah itu, ia pergi ke Kota Pekalongan untuk berkunjung kepada Habib Ahmad bin Abdullah Al-Aththas. Saat itu hari Jum’at, selepas shalat Jum’at, Habib Ahmad menggandeng tangan Habib Ali dan menaikannya ke mimbar. Habib Ali lalu berkata pada Habib Ahmad, ”Saya tidak bisa berbicara bila antum berada di antara mereka.” Habib Ahmad lalu berkata kepadanya, ”Bicaralah menurut lidah orang lain”(seolah-olah engkau orang lain).

Ia mulai melaksanakan maulid akhir Kamis bulan Rabiul Awwal setelah wafatnya Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi sejak tahun 1338 H/1920 M sampai 1355 H/1937 M di madrasah Jamiat Kheir. Kemudian pada tahun 1356 H/1938 M ia membangun masjid di Kwitang yang dinamakan masjid Ar-Riyadh. Lalu maulid dipindahkan ke masjid tersebut pada tahun 1356 H. Ia mengusahakan pada kawan-kawan dari keluarga Al-Kaf agar mewakafkan tanah masjid itu, sampai ia menulis surat kepada Sayyid Abubakar bin Ali bin Abubakar Shahabuddin agar berangkat ke Hadramaut untuk berbicara dengan mereka. Setelah Sayyid Abubakar bernegosiasi, akhirnya masjid itu diwakafkan, sehingga tanah itu sampai sekarang tercatat sebagai wakaf pada pemerintah Hindia Belanda.

Ukuran tanah masjid itu adalah seribu meter persegi. Habib Ali Habsyi juga membangun madrasah yang dinamakan unwanul Falah di samping masjid tersebut yang tanahnya sekitar 1500 meter persegi dan membayar sewa tanah sebesar 25 rupiah setiap bulan. Kesimpulannya, pekerjaan-pekerjaan dan perbuatan-perbuatannya mengherankan orang yang mau berfikir. Shalatnya sebagian besar dilakukannya di masjid tersebut.

Habib Ali menunaikan haji 3 kali. Pertama tahun 1311 H/1894 M di masa Syarif Aun, kedua tahun 1343 H/1925 M di masa Syarif Husein, dan ketiga tahun 1354 H/1936 M di masa Ibnu Saud dan pergi ke Madinah 2 kali.

Habib Ali sebagaimana para habaib lainnya juga suka melakukan surat menyurat dengan para ulama dan orang-orang sholeh serta meminta ijazah dari mereka. Dan para ulama yang disuratinya pun dengan senang hati memenuhi permintaan Habib Ali karena kebenaran niat dan kebagusan hatinya. Ia memiliki kumpulan surat menyurat yang dijaga dan dinukilkan (dituliskan ) kembali.

Sayyid Abubakar bin Ali bin Abubakar Shahabuddin dalam Rikhlatu Asfar menyebutkan perasaan kecintaan dan persahabatan yang sangat erat. Dalam catatan perjalanan itu, Sayyid Abubakar mencatat saat-saat perjalanan (rikhlah) mereka berdua ke berbagai daerah seperti ke Jawa, Singapura dan Palembang.”Saya juga menghadiri pelajaran-pelajarannya dan shalat Tarawih di masjid. Tidak ada yang menghadalangi saya kecuali udzur syar’i (halangan yang diperbolehkan oleh syariat).”

Pada salah satu surat Sayyid Abubakar ketika Habib Ali Kwitang di Hadramaut, menyebutkan, “Perasaan rindu saya kepadamu sangat besar. Mudah-mudahan Allah mempertemukan saya dan engkau di tempat yang paling disukai oleh-Nya.”

Ternyata setelah itu, mereka berdua dipertemukan oleh Allah di Makkah Al-Musyarrafah. Keduanya sangat bahagia dan belajar di Mekah, mengurus madrasah dan majelis taklimnya diserahkan kepada menantunya, Habib Husein bin Muhammad Alfaqih Alatas. Di Mekah ia mendapat ijazah untuk menyelenggarakan Maulud Azabi, karya Syekh Umar Al-Azabi, putra Syekh Muhammad bin Muhammad Al-Azabi.

Setelah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, penyusun Simthud Durar, wafat pada 1913, pembacaan Maulid Simthud Durar pertama kali digelar di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, di majelis taklim yang diasuh Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi. Belakangan Maulid Simthud Durar dibaca di majelis taklim di Tegal, Jawa Tengah, kemudian di Bogor, selama beberapa tahun, lalu di Masjid Ampel, Surabaya.

Tahun 1919, Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi, pelopor peringatan Maulid dengan membaca Simthud Durar, wafat di Jatiwangi. Sebelum wafat ia berpesan kepada Habib Ali Al-Habsyi agar melanjutkannya. Maka sejak 1920 Habib Ali Kwitang mulai menggelar Maulid dengan membaca Simthud Durar di Tanah Abang. Ketika Ar-Rabithah Al-Alawiyah berdiri, perkumpulan itu mendukung Maulid tersebut. Dan sejak 1937 acara Maulid diselenggarakan di Masjid Kwitang – yang kemudian disiarkan secara khusus oleh RRI Studio Jakarta.

Sebagai pecinta maulid sejati, dalam menghadiri peringatan Maulid SAW, Habib Ali Kwitang juga pernah membeda-bedakan pengundangnya. Tentang hal ini Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf pernah menceritakan dalam sebuah kesempatan. Suatu malam, rumah Habib Ali Kwitang diketuk oleh seseorang yang bermaksud mengundangnya menghadiri selamatan sekaligus maulidan. Istri Habib Ali lah yang membukakan pintu.

Orang tersebut lalu menyampaikan maksudnya untuk mengundang sang habib sepuh itu. Namun istri Habib Ali menggeleng, “Maaf, Habib sedang kurang enak badan. Saat ini beliau sudah akan tidur.”

Dengan tampak memelas orang itu memohon, “Tolong, Bu. Jama’ah sudah terlanjur berdatangan ke tempat saya, sementara ustadz kampung saya yang sedianya akan memimpin acara tersebut berhalangan hadir.

Belum lagi sang wanita tuan rumah itu menjawab, tiba-tiba Habib Ali Kwitang telah berdiri di belakangnya dengan pakaian lengkap. Ulama sepuh itu segera mengajak sang pengundang itu berangkat.

Ternyata rumah pria itu terletak di kawasan kumuh, dekat rel kereta api. Sesampainya di tempat itu, Habib Ali pun langsung memimpin pembacaan maulid dan menyampaikan taushiah. Betapa senangnya sang tuan rumah dan para tamu karena acara sederhana mereka dihadiri seorang ulama ternama yang karismatik.

Kemudian tibalah acara penutup, yakni makan bersama. Hidangan malam itu adalah nasi putih hangat dengan lauk belut goreng. Habib Ali Kwitang pun tertegun. Ia tak suka belut, namun ia tak ingin mengecewakan tuan rumah yang tentu sudah bersusah payah menyiapkan makanan itu.

Maka habib sepuh itu berkata dengan santun, “Wah menunya lezat sekali. Saya jadi teringat istri dan anak-anak saya. Maaf, Pak. Bolehkah makanan saya ini dibungkus dan dibawa pulang, agar saya bisa memakannya bersama keluarga di rumah?”

Tuan rumah yang mengira Habib Ali menyukai belut pun segera membungkuskan nasi dan belut tersebut. Dengan ucapan terima kasih yang tak terhingga ia mengantarkan sang habib. Pagi harinya, matahari belum lagi sepenggalah ketika rumah Habib Ali Kwitang diketuk. Dengan bergegas Habib Ali membukakan pintu. Ternyata yang mengetuk pintu itu adalah sang pengundang Maulid tadi malam.

“Maaf, Bib. Nampaknya Habib sangat menyukai belut. Kebetulan saya pedagang belut. Sebagai tambahan ucapan terima kasih keluarga kami atas kehadiran habib tadi malam, kami memberikan sekedar luk untuk Habib sekeluarga,” kata orang itu sambil menyerahkan seember besar belut segar.

Kembali Habib Ali terbengong-bengong menyaksikan kepolosan tamunya itu. Dengan menampakkan senyum gembira, Habib Ali pun menerima pemberian itu sambil mengucapkan terima kasih berkali-kali.

Dengan Ulama

Betapa erat hubungan antara ulama Betawi dan para habaib, dapat kita simak dari pernyataan (alm) K.H. M. Syafi’i Hadzami tentang dua gurunya, Habib Ali Al-Habsyi dan Habib Ali Alatas (wafat 1976). “Sampai saat ini, bila lewat Cililitan dan Condet (dekat Masjid Al-Hawi), saya tak lupa membaca surah Al-Fatihah untuk Habib Ali Alatas,” katanya.

Supaya dekat dengan rumah Habib Ali, gurunya yang tinggal di Bungur, Kiai Syaf’i Hadzami pindah dari Kebon Sirih ke Kepu, Tanah Tinggi. Ia juga tak pernah mangkir menghadiri majelis taklim Habib Ali di Kwitang, Jakarta Pusat. Ketika ia minta rekomendasi untuk karyanya, Al-Hujujul Bayyinah, Habib Ali bukan saja memujinya, tapi juga menghadiahkan sebuah Al-Quran, tasbih, dan uang Rp 5.000. Kala itu, nilai uang Rp 5.000 tentu cukup tinggi.

Demikianlah akhlaq para orangtua kita, akhlaq yang begitu indah antara murid dan guru. Kala itu para habib bergaul erat dan tolong-menolong dengan para ulama Betawi. Akhlaq yang sangat patut kita teladani sebagai generasi penerusnya.

Pada 1960, KH Syafi’i Hadzami berhasil menulis sebuah kitab berjudul Al-Hujajul Bayyinah (argumentasi-argumentasi yang jelas). Untuk karyanya ini, ia meminta rekomendasi kepada Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi alias Habib Ali Kwitang. Setelah membaca naskah kitab tersebut, Habib Ali bukan hanya memberikan rekomendasi dalam bahasa Arab, melainkan juga memberikan sebuah Al-Quran, tasbih, dan uang sebesar Rp 5.000 kepadanya – nilai yang cukup besar untuk ukuran saat itu.

Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi wafat 23 Oktober 1968 dalam usia 102 tahun. Ketika itu, TVRI menjadi satu-satunya stasiun televisi yang menyiarkan berita duka cita. Ribuan orang berbondong-bondong melakukan takziah ke kediamannya di Kwitang, Jakarta Pusat, yang sekaligus menjadi majelis taklim tempat ia mengajar.

Sejumlah menteri dan pejabat tinggi negara berdatangan memberikan penghormatan terakhir. Sejumlah murid almarhum dari seluruh Jawa, bahkan seluruh Indonesia dan luar negeri, juga datang bertakziah. Sebelum jenazah di makamkan di Masjid Ar-Riyadh, yang dipimpinnya sejak ia muda, Habib Salim bin Jindan, yang sering berdakwah bersama almarhum, membaiat Habib Muhammad, putra almarhum, sebagai penerusnya. Ia berpesan agar meneruskan perjuangan almarhum dan memegang teguh akidah Alawiyin.

Ada kisah menarik sebelum almarhum wafat. Suatu hari, ia minta tiga orang kiai kondang asal Jakarta maju ke hadapannya. Mereka adalah K.H. Abdullah Syafi'i, K.H. Thahir Rohili, dan K.H. Fathullah Harun. Habib Ali mempersaudarakan mereka dengan putranya, Habib Muhammad. Dalam peristiwa mengharukan yang disaksikan ribuan jemaah itu, Habib Ali berharap, keempat ulama yang dipersaudarakan itu terus mengumandangkan dakwah Islam.

Harapan Habib Ali menjadi kenyataan. Habib Muhammad meneruskan tugas ayahandanya memimpin majelis taklim Kwitang selama 26 tahun. K.H. Abdullah Syafi'i, sejak 1971 hingga 1985, memimpin Majelis Taklim Asy-Syafi'iyah, dan K.H. Thahir Rohili memimpin Majelis Taklim Ath-Thahiriyah. Sedangkan K.H. Fathullah Harun belakangan menjadi ulama terkenal di Malaysia.

Tidak mengherankan jika ketiga majelis taklim tersebut menjadikan kitab An-Nasaih ad-Diniyyah, karya Habib Abdullah Alhadad, seorang sufi dari Hadramaut, penyusun Ratib Hadad, sebagai pegangan. Sebab, kitab itu juga menjadi rujukan Habib Ali Kwitang.

“Meskipun kitab kuning ini telah berusia hampir 300 tahun, masalah-masalah yang diangkat masih relevan,” kata K.H. Abdul Rasyid bin Abdullah Syafi'i, yang meneruskan Majelis Taklim Asy-Syafi'iyah.

Kini Asy-Syafi’iyah memperluas kiprahnya dengan membuka Universitas Asy-yafi’iyah di Jatiwaringin, Jakarta Timur. Sedangkan K.H. Abdul Rasyid A.S. membuka Perguruan Ilmu Al-Quran di Sukabumi. Sementara kakaknya, Hajjah Tuty Alawiyah A.S., yang pernah menjadi menteri urusan peranan wanita pada kabinet Habibie, meneruskan kegiatan dakwahnya dalam Badan Koordinasi Majelis Taklim se-Jabotabek.

Al Habib Abdullah Bin Mukhsin. Bin Muhammad. Bin Abdullah. Bin Muhammad. Bin Mukhsin. Bin Husen. Bin Syeh Al Kutub

Tak jauh dari Kebon Raya Bogor tepatnya kawasan empang Bogor selatan terdapat maqom waliyulloh yang lokasinya tepat di jalan lolongok Di Kompleks Masjid An nur itulah, Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas di makamkan, bersama dengan makam anak-anaknya yaitu Al Habib Mukhsin Bin Abdullah Al Athas, Al Habib Zen Bin Abdullah Al Athas, Al Habib Husen Bin Abdullah Al Athas, Al Habib Abu Bakar Bin Abdullah Al Athas, Sarifah Nur Binti Abdullah Al Athas, makam murid kesayangannya yaitu Al Habib Habib Alwi Bin Muhammad Bin Tohir dan Maqom seorang ulama besar yang belum lama ini wafat 26 maret 2007 al walid Habib Abdurrohman Bin Ahmad Assegaf (pimpinan pon-pes Al busro citayam depok).


Dalam Manakibnya disebutkan bahwa Al Habib Abduillah Bin Mukhsin Al Athas adalah seorang “ Waliyullah” yang telah mencapai kedudukan mulia dekat dengan Allah SWT. Beliau termasuk salah satu Waliyullah yang tiada terhitung jasa-jasanya dalam sejarah pengembangan Islam dan kaum muslimin di Indonesia. Beliau seorang ulama “Murobi” dan panutan para ahli tasauf sehingga menjadi suri tauladan yang baik bagi semua kelompok manusia maupun jin.

habib muhsin bin abdulloh al athos



Al Habib Abdullah Bin Mukhsin. Bin Muhammad. Bin Abdullah. Bin Muhammad. Bin Mukhsin. Bin Husen. Bin Syeh Al Kutub, Al Habib Umar Bin Abdurrohman Al Athas adalah seorang tokoh rohani yang dikenal luas oleh semua kalangan umum maupun khusus. Beliau adalah “Ahli kasaf” dan ahli Ilmu Agama yang sulit ditandingi keluawasan Ilmunya, jumlah amal ibadahnya, kemulyaan maupun budi pekertinya.
Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas beliau asli dari Yaman Selatan dilahirkan di desa hawrat
salah satu desa di Al Kasar, Kampung kharaidhoh, “Khadramaut” pada hari Selasa 20 Jumadi Awal 1275 hijriah. Sejak kecil beliau mendapatkan pendidikan rohani dan perhatian khusus dari Ayahnya. Beliau mepelajari Al Qur’an dimasa kecilnya dari Mu’alim Syeh Umar Bin Faraj Bin Sabah.

Dalam Usia 17 tahun beliau sudah hafal Al Qui’an. Kemudian beliau oleh Ayahnya diserahkan kepada ulama terkemuka di masanya. Beliau dapat menimba berbagai cabang ilmu Islam dan Keimanan.

Diantara guru–guru beliau, salah satunya adalah Assyayid Al Habib Al Qutbi Abu Bakar Bin Abdullah Al Athas, dari guru yang satu itu beliau sempat menimba Ilmu–Ilmu rohani dan tasauf, Beliau mendapatkan do’a khusus dari Al Habib Abu Bakar Al Athas, sehingga beliau berhasil meraih derajat kewalian yang patut. Diantaranya guru rohani beliau yang patut dibanggakan adalah yang mulya Al Habib Sholih Bin Abdullah Al Athas penduduk Wadi a’mad.

Habib Abdullah pernah membaca Al Fatihah dihadapan Habib Sholeh dan Habib Sholeh menalkinkan Al Fatihah kepadanya Al A’rif Billahi Al Habib Ahmad Bin Muhammad Al Habsi. ketika melihat Al Habib Abdullah Bin Mukhsin yang waktu itu masih kecil beliu berkata sungguh anak kecil ini kelak akan menjadi orang mulya kedudukannya.

Al Habib Abdullah Bin Mukhsin pernah belajar Kitab risalah karangan Al Habib Ahmad Bin Zen Al Habsi kepada Al Habib Abdullah Bin A’lwi Alaydrus sering menemui Imam Al Abror Al Habib Ahmad Bin Muhammad Al Muhdhor. Selain itu beliau juga sempat mengunjungi beberapa Waliyulllah yang tingal di hadramaut seperti Al Habib Ahmad Bin Abdullah Al Bari seorang tokoh sunah dan asar. Dan Syeh Muhammad Bin Abdullah Basudan. Beliau menetap di kediaman Syeh Muhammad basudan selama beberapa waktu guna memperdalam Agama.
Pada tahun 1282 Hijriah, Habib Abdulllah Bin Mukhsin menunaikan Ibadah haji yang pertama kalinya.

Selama di tanah suci beliau bertemu dan berdialog dengan ulama–ulama Islam terkemuka. Kemudian, seusai menjalankan ibadah haji, beliau pulang ke Negrinya dengan membawa sejumlah keberkahan. Beliau juga mengunjungi Kota Tarim untuk memetik manfaat dari wali–wali yang terkenal.

Setelah dirasa cukup maka beliau meninggalkan Kota Tarim dengan membawa sejumlah berkah yang tidak ternilai harganya. Beliau juga mengunjungi beberapa Desa dan beberapa Kota di Hadramaut untuk mengunjungi para Wali dan tokoh–tokoh Agama dan Tasauf baik dari keluarga Al A’lwi maupun dari keluarga lain.

Pada tahun 1283 H, Beliau melakukan ibadah haji yang kedua. Sepulangnya dari Ibadah haji, beliau berkeliling ke berbagai peloksok dunia untuk mencari karunia Allah SWT dan sumber penghidupan yang merupakan tugas mulya bagi seorang yang berjiwa mulya. Dengan izin Allah SWT, perjalanan mengantarkan beliau sampai ke Indonesia. beliau bertemu dengan sejumlah Waliyullah dari keluarga Al Alwi antara lain Al Habib Ahmad Bin Muhammad Bin Hamzah Al Athas.

Sejak pertemuanya dengan Habib Ahmad beliau mendapatkan Ma’rifat. Dan, Habib Abdullah Bin Mukhsin diawal kedatangannya ke Jawa memilih Pekalongan sebagai Kota tempat kediamannya. Guru beliau Habib Ahmad Bin Muhammad Al Athas banyak memberi perhatian kepada beliau sehinga setiap kalinya gurunya menunjungi Kota Pekalongan beliau tidak mau bermalam kecuali di rumah Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athos.

Dalam setiap pertemuan Habib Ahmad selalu memberi pengarahan rohani kepada Habib Abdullah Bin Mukhsin sehingga hubungan antara kedua Habib itu terjalin amat erat. Dari Habib Ahmad beliau banyak mendapat manfaat rohani yang sulit untuk dibicarakan didalam tulisan yang serba singkat ini.

Dalam perjalan hidupnya Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas pernah dimasukan kedalam penjara oleh Pemerintah Belanda, mungkin pengalaman ini telah digariskan Allah. Sebab, Allah ingin memberi beliau kedudukan tinggi dan dekat dengannya. Nasib buruk ini pernah juga dialami oleh Nabi Yusuf AS yang sempat mendekam dalam penjara selama beberapa tahun. Namun, setelah keluar dari penjara ia diberi kedudukan tinggi oleh penguasa Mashor yang telah memenjarakannya.

Karomah dan Kekeramatan Habib Abdullah

Selama di penjara ke keramatan Habib Abdullah Bin Mukhsin semakin tampak sehingga semakin banyak orang yang datang berkunjung kerpenjaraan tersebut. Tentu saja hal itu mengherankan para pembesar penjara dan penjaganya. Sampai mereka pun ikut mendapatkan berkah dan manfaat dari kebesaran Habib Abdullah dipenjara,

Setiap permohonan dan hajat yang pengunjung sampaikan kepada Habib Abdullah Bin Mukhsin selalu dikabulkan Allah SWT, para penjaga merasa kewalahan menghadapi para pengunjung yang mendatangi beliau Mereka lalu mengusulkan kepada kepala penjara agar segera membebaskan beliau. Namun, ketika usulan dirawarkan kepada Habib Abdullah beliau menolak dan lebih suka menungu sampai selesainya masa hukuman.

Pada suatu malam pintu penjara tiba–tiba terbuka dan datanglah kepada beliau kakek beliau Al Habib Umar Bin Abdurrohman Al Athas seraya berkata, Jika kau ingin keluar dari penjara keluarlah sekarang, tetapi jika engkau mau bersabar maka bersabarlah.

Beliau ternyata memilih untuk bersabar dalam penjara, pada malam itu juga Sayyidina Al Faqih Al Muqodam dan Syeh Abdul Qodir Zaelani serta beberapa tokoh wali mendatangi beliau. Pada kesempatan itu Sayyidina Al Faqih Al Muqodam memberikan sebuah kopiah. Ternyata dipagi harinya Kopiah tersebut masih tetap berada di kepala Al Habib Abdullah Padahal, beliau bertemu dengan Al Faqih Al Muqodam didalam impian.

Para pengujung terus berdatangan kepenjara sehingga berubahlah penjaraan itu menjadi rumah yang selalu dituju, Beliau pun mendapatkan berbagai kekeratan yang luar biasa mengingatkan kembali hal yang dimiliki para salaf yang besar seperti Assukran dan syeh Umar Muhdor

Diantara Karomah yang beliau peroleh adalah sebagaimana yang disebutkan Al Habib Muhammad Bin Idrus Al Habsyi bahwa Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas ketika mendapatkan anugrah dari Allah SWT, beliau tenggelam penuh dengan kebesaran Allah, hilang dengan segala hubungan alam dunia dan sergala isinya. Al Habib Muhammad Idrus Al Habsyi juga menuturkan, ketika aku mengujunginya Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athos dalam penjara aku lihat penampilannya amat berwibawa dan beliau terlihat dilapisi oleh pancaran Illahi. Sewaktu beliau melihat aku beliau mengucapkan bait –bait syair Habib Abdullah Al Hadad yang awal baitnya adalah sbb “ Wahaii yang mengunjungi Aku di malam yang dingin, ketika tak ada lagi orang yang akan menebarkan berita fitrah, Selanjutnya, kata Habib Muhammad Idrus, kami selagi berpelukan dan menangis, “
Karomah lainnya setiap kali beliau memandang borgol yang membelegu kakinya, maka terlepaslah borgol itu.

Disebutkan juga bahwa ketika pimpinan penjara menyuruh bawahannya untuk mengikat keher Habib Abdullah Bin Mukhsin maka dengan rante besi maka atas izin Allah rantai itu terlepas, dan pemimpin penjara beserta keluarga dan kerabatnya mendapat sakit panas, dokter tak mampu mengobati penyakit pemimpin penjara dan keluarganya itu, barulah kemudian pemimpin penjara sadar bahwa ;penyakitnya dan penyakit keluarganya itu diakibatkan Karena dia telah menyakiti Al Habib yang sedang dipenjara.

Kemudian, kepala penjara pengutus bawahannya untuk mendo’akan, penyakit yang di derita oleh kepala penjara dan keluarganya itu agar sembuh Maka, berkatalah Habib Abdullah kepada utusan itu Ambillah borgol dan rante ini ikatkan di kaki dan leher pemimpin penjara itu, maka akan sembuhlah dia.

Kemudian dikerjakanlah apa yang dikatakan oleh Habib Abdullah, maka dengan izin Allah SWT penyakit pimpinan penjara dan keluarganya seketika sembuh. Kejadian ini penyebabkan pimpinan penjara makin yakin akan kekeramatan Habib Abdullah Mukhsin Al Athas. Sekeluarnya dari penjara beliau tinggal di Jakarta selama beberapa tahun.

Perjalanan ke Empang

Dari sumber lain disebutkan, bahwa awal mula kedatangan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas ke Indonesia, pada tahun 1800 Masehi, waktu itu beliau diperintahkan oleh Al Habibul Imam Abdullah bin Abu Bakar Alayidrus, untuk menuju Kota Mekah. Dan sesampainya di Kota Mekah, beliau melaksanakan sholat dan pada malam harinya beliau mimpi bertemu dengan Rasullah SAW, entah apa yang dimimpikannya, yang jelas ke esok harinya beliau berangkat menuju Negeri Indonesia.

Sesampainya di Indonesia, beliau dipertemukan dengan Al Habib Ahmad Bin Hamzah Al Athas yang da dipakojan Jakarta dan beliau belajar ilmu agama darinya, lalu Habib Ahmad Bin Hamzah Al Athas memerintahkan agar beliau datang berziarah ke Habib Husen di luar Batang, dari sana sampailah perjalanan beliau ke Bogor
Beliau datang ke Empang dengan tidak membawa apa-apa,

Pada saat belau datang ke Empang Bogor, disana disebutkan bahwa Empang yang pada saat itu belum ada penghuninya, namun dengan Ilmu beliau bisa menyala dan menjadi terang benderang Diceritakan, ada kekeramatan yang lain terjadi pula ketika beliau tengah makan dipinggiran empang, kebetulan pada saat itu datang kepada beliau seorang penduduk Bogor dan berkata “ Habib, kalau anda benar-benar seorang Habib Keramat, tunjukanlah kepada saya akan kekeramatannya..

Pada saat itu kebetulan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas tengah makan dengan seekor ikan dan ikan itu tinggall separuh lagi. Maka Habib Abdukkah berkata” Yaa sama Anjul ilaman Tabis,” ( wahai ikan kalau benar-benar cinta kepadaku tunjukanlah) maka atas izin Allah SWT, seketika itu juga ikan yang tinggal sebelah lagi meloncat ke empang. Konon ikan sebelah tersebut sampai sekarang masih hidup dilaut.

Masjid Keramat Empang didirikan sekitar tahun 1828 M. pendirian Masjid ini dilakukan bersama para Habaib dan ulama-ulama besar di Indonesia. Di Sekitar Areal Masjid Keramat terdapat peninggalan rumah kediaman Habib Abdullah, yang kini rumah itu ditempati oleh Khalifah Masjid, Habib Abdullah Bin Zen Al Athas. Didalam rumah tersebut terdapat kamar khusus yang tidak bisa sembarang orang memasukinya, karena kamar itu merupakan tempat khalwat dan zikir beliau. Bahkan disana terdapat peninggalan beliau seperti tempat tidur, tongkat , gamis dan sorbannya yang sampai sekarang masih disimpan utuh.

Kitab-kitab beliau kurang lebih ada 850 kitab, namun yang ada sekarang tinggal 100 kitab, sisanya disimpan di “Jamaturkhair atau di Rabitoh”. Tanah Abang Jakarta. Salah satu kitab karangan beliau yang terkenal adalah “Faturrabaniah” konon kitab itu hanya beredar dikalangan para ulama besar,

Adapun karangannya yang lain adalah kitab “Ratibul Ahtas dan Ratibul Hadad.” Kedua kitab itu merupakan pelajaran rutin yang diajarkan setiap magrib oleh beliau kepada murid-muridnya dimasa beliau masih hidup, bahkan kepada anak dan cucunya, Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas menganjurkan supaya tetap dibacanya.

Habib Abdullah Bin Al Athas, adalah seorang Waliyullah dengan kiprahnya menyebarkan Agama Islam dari satu negeri kenegeri lain. Di Kampung Empang beliau menikahi seorang wanita keturanan dalem Sholawat. Dari sanalah beliau mendapatkan wakaf tanah yang cukup luas, sampai sekarang 85 bangunan yang terdapat di kampung Empang didalam sertifikatnya atas nama Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas.

Semasa hidupnya sampai menjelang akhir hayatnya beliau selalu membaca Sholawat Nabi yang setiap harinya dilakukan secara dawam di baca sebanyak seribu kali, dengan kitab Sholawat yang dikenal yaitu “ Dala’l Khoirot” artinya kebaikan yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Menurut Manakib, beliau dipanggil Allah SWT pada hari Selasa, 29 Zulhijjah 1351 Hijriah diawal waktu zuhur Jenazah beliau dimakamkan keesokan harinya hari Rabu setelah Sholat zuhur. Tak terhitung jumlah orang yang ikut mesholatkan jenazah. Beliau dimakamkan di bagian Barat Masjid An nur Empang,sebelum wafat beliau terserang sakit flu ringan.

sumber referensi: kitab Manakib Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas

Rabu, 30 Juni 2010

Nabi saw Mi'raj Ke Langit

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa   
Friday, 25 June 2010
Nabi saw Mi'raj Ke Langit
Senin, 21 Juni 2010


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم:
لَمَّا عُرِجَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِلَى السَّمَاءِ، قَالَ رسول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتَيْتُ عَلَى نَهَرٍ، حَافَتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ، مُجَوَّفًا فَقُلْتُ مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ..؟، قَالَ هَذَا الْكَوْثَرُ ( صحيح البخاري )
Dari Anas ra berkata :
" Ketika nabi saw diangkat untuk Mikraj ke Langit, bersabda Rasulullah saw : aku telah mengunjungi sebuah sungai, yg dikelililingi kubah kubah Mutiara yg berongga rongga” ". ( Shahih Al Bukhari )


ImageAssalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِيْ هَذَا الْجَمْعِ اْلعَظِيْمِ
Limpahan Puji Kehadirat Allah Maha Raja Tunggal dan Abadi, Maha Melimpahkan keindahan Dzat Nya, yang merupakan isyarat dengan penciptaan alam semesta, merupakan lambang yang menyeru hamba Nya untuk mendekat, kepada keridhaan, kepada pengampunan, kepada kesucian, kepada keluhuran, kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, dari yang Maha Tunggal Menguasai kerajaan dunia dan akhirat, Allah Maha penguasa dan Maha menguasai setiap kejadian, Maha Menawarkan kedekatan dan Cinta Nya kepada hamba-hamba Nya, dan Maha Menghibur hamba agar jangan risau ingin dekat dan putus asa dari Rahmat Nya, Dialah Allah, Yang telah menyeru para pendosa dengan Firman Nya :
“Katakanlah Wahai hamba-hamba Ku, yang telah melampaui batas dalam berbuat dosa jangan berputus asa dari kasih sayang Allah, sungguh Allah Maha Mengampuni semua dosa, dan sungguh Allah Maha pengampun dan berkasih sayang” (QS Azzumar 53)
Diriwayatkan oleh Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Qadhi’iyad didalam kitabnya Assyifa, menukilkan riwayat ayat ini adalah :
Ketika Sang pembunuh Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu'anhu pamannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu Wahsyi seorang budak yang memang sengaja membunuh Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthallib radhiyallahu'anhum di dalam perang Uhud, di saat perang Uhud itu Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthallib di tombak dari kejauhan dari belakang tubuhnya hingga wafat dan Wahsyi tidak cukup hanya dengan itu, Wahsyi membelah dada Sayyidina Hamzah, mengeluarkan jantungnya, memotong hidung dan telinga dan bibir dan mencungkil ke dua matanya lantas di bawakan kepada Hindun.
Hadirin Hadirat, inilah dosanya Wahsyi orang yang telah membunuh pamannya Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, lalu mengeluarkan jantungnya dari dadanya, jenazah itu di robek dan di keluarkan jantungnya, di cungkil ke dua mata, bibir, hidung dan kedua telinganya dan di bawakan untuk tuannya.
Lalu di saat itu, disaat Fatah Makkah, Rasul shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke Makkah dengan 100 ribu muslimin muslimat, Wahsyi melarikan diri, ia menjauhkan diri sampai kepantai, Istrinya datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
“Wahai Rasul, suamiku mempunyai dosa yang sangat besar, kalau ia masuk Islam dan bertaubat, apakah suamiku di ampuni ?”
Maka Rasul shallallahu 'alaihi wasallam berkata
“Allah memaafkan semua yang terdahulu jika orang mau bertaubat, masuk Islam Taubat sudah tidak ada lagi dosa”
Maka Istrinya pun menemui Suaminya di pantai, berkata Rasul shallallahu 'alaihi wasallam
“Allah akan mengampuni semua yang Lalu kalau kau mau bertaubat dan masuk Islam”
Wahsyi berkata pada Istrinya :
“kamu tahu bahwa Rasul shallallahu 'alaihi wasallam tahu kamu istri saya?”
maka berkata Istrinya :
“tidak ku sampaikan”
“katakan dulu, mustahil aku diampuni”
Maka Istrinya balik lagi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
“Ya Rasulullah, apakah betul semua dosa akan di ampuni??? suamiku ketakutan”
Rasul shallallahu 'alaihi wasallam berkata :
“sudah kusampaikan beberapa waktu yang lalu, Allah memaafkan apa-apa yang terdahulu”
Maka Istrinya berkata :
“Ya Rasulullah, suamiku adalah Wahsyi yang telah membunuh pamanmu, merobek dadanya, mengeluarkan jantungnya, mencungkil kedua matanya, dan memotong bibir, hidung dan kedua telinganya”
Berubah wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau terdiam dan tidak menjawab, menunduk, Turunlah ayat :
“Katakan Wahai hamba-hambaku yang telah melampaui batas dalam berbuat dosa, jangan berputus asa dari kasih sayang Allah, Allah mengampuni semua dosa”
Rasul menyampaikannya kepada para Shahabat dan kepada Istrinya dan Istrinya menyampaikan kepada Suaminya datanglah Wahsyi masuk Islam, Rasul shallallahu 'alaihi wasallam berkata “kau wahsyi yang telah membunuh pamanku? Hamzah bin Abdul Muthallib”
“Betul wahai Rasul, aku telah berbuat ini dan itu”
“kumaafkan kesalahanmu, namun satu hal, jangan perlihatkan wajahmu lagi di hadapanku setelah ini”
“kenapa wahai Rasulullah, bukankah kau sudah memaafkan aku?”
“aku sudah memaafkanmu, tapi kalau aku lihat wajahmu aku terbayang wajah Hamzah bin Abdul Muthallib yang rusak di hancurkan olehmu saat itu, aku teringat wajah Hamzah, makanya jangan muncul di hadapanku lagi”
Wahsyi kemudian terus kecewa di dalam hatinya sampai munculnya Musailamah Al Kaddzab musuhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata “nah ini tombak yang kugunakan untuk membunuh Hamzah bin Abdul Muthallib akan kugunakan juga untuk membunuh Musailamah Al Kadzab, barangkali sedikit bisa menebus dari pada kesalahan ku yang lalu”, namun kita lihat Sang Maha Lembut Rabbul’alamin berbuat kepada orang yang demikian, Wahsyi, Allah menjawab keputus asaannya dengan kasih sayang Allah yang berkata pada istrinya “mustahil aku di ampuni karena aku sudah berbuat dosa yang sangat besar, membunuh pamannya Rasul shallallahu 'alaihi wasallam” namun justru Allah memanggilnya untuk kembali kepada cintanya, “jangan putus asa dari kasih sayang Allah” kenalilah Tuhan mu yang Maha Lembut dan Maha Berkasih sayang, tiada yang lebih lembut dari Nya, tiada yang lebih santun dari Nya, Tiada yang lebih menerima dari Nya, tiada yang lebih mengerti dan memahami keadaan kita kecuali Allah Yang Mencipta kita dari tiada, Yang Mengetahui setiap Detik hari-hari kita yang lalu dan yang akan datang, yang memberi kita dengan pemberian tidak bisa di beri oleh makhluk satu sama lain, yang paling berkasih sayang lebih dari semua yang mencintai kita, Dialah Allah, yang telah mengutus hamba yang paling di Cintai Nya, Yang mempunyai sifat yang sangat lemah lembut Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Shahibul Akhlak Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Shahibul Isro’ Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Shahibul Mi’raj Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Pemimpin kita dan idola kita yang berlemah lembut dan tiada manusia yang lebih lembut dari Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul shallallahu 'alaihi wasallam : “Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, sebaik baiknya manusia, budi pekerti dan tubuhnya”
dan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam telah disampaikan oleh Allah subhanahu wata'ala:
“Sungguh engkau mempunyai akhlak yang agung”(QS Nun 4)

Dan firman Allah swt pula :
“Telah datang kepada kalian utusan dari bangsa kalian, berlemah lembut dan sangat peduli atas musibah yang menimpa kalian dan sangat berlemah lembut kepada hamba-hamba Allah yang beriman dialah Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam” (QS Attaubah 128)
Orang yang paling mencintai kita dari semua orang yang cinta pada kita Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, hadirin hadirat malam-malam agung ini, mengingat dan mengundang ruh dan jiwa kita mengingat peristiwa Mi’raj Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang naik ke langit dengan undangan tunggal dari Rabbul’alamin, tidak mengundang siapapun selain Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk datang menghadap, hingga Beliau shallallahu 'alaihi wasallam diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari:
“Datang kepadaku Jibril a.s dengan dua lainnya, lantas ia membelah dadaku dan mencuci dadaku dari mulai urat leherku sampai perutku lantas kemudian membawa Baki dari emas dan menuangkan Iman dan Hikmah kedalam sanubariku, lalu mengembalikan posisi tubuhku seperti semula, lalu membawaku Mi’raj menuju Masjidil Aqsha dan di Masjidil Aqshalah aku bertemu para Nabi dan Rasul lantas kemudian aku mulai naik melintas langit dunia”
kita fahami langit di dunia luasnya sudah tidak terhingga, manusia belum mencapai ujung batasnya karna terdapat padanya triliunan Galaksi dan belum terhitung triliunan lainya yang jarak Galaksi terdekatnya yaitu Andromeda sudah dua juta tahun kecepatan cahaya, bagaimana Galaksi yang terjauh dan itu semua baru dilangit dunia, karena Allah berfirman :
“kami jadikan di langit dunia itu bintang-bintang yang bercahaya, menunjukan semua planet-plenet itu baru di langit yang pertama” (QS Al Mulk 5)
Dan Rasul menembus batas langit yang pertama itu, bukan Galaksi yang terdekat tapi ke ujungnya, bersama Jibril As dalam beberapa kejap saja, jauh lebih cepat dari kecepatan cahaya, kalau kecepatan cahaya butuh waktu dua juta tahun menuju Galaksi yang terdekat (Andromeda), bagaimana Galaksi yang miliaran lainnya, gugusan-gugusan bintang yang berjumlah Miliyaran di angkasa ini kesemua jarak itu di tempuh dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dari kecepatan cahaya, sampailah ke batas langit pertama,
Jibril memerintahkan pintu langit di buka untuk Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, maka berkata para malaikat penjaga pintu langit
“Siapa yang bersamamu wahai Jibril”
Jibril berkata :
“Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam”
“apakah ia sudah waktunya di utus dan bangkit?”
Berkata Jibril :
“Betul”
Maka Malaikatpun membuka pintu langit pertama dan berkata
“Selamat datang untuknya, semulia-mulia datang kelangit pertama telah datang”
Fahamlah kita dari ucapan ini, tidak ada satupun makhluk yang lebih mulia menginjak langit pertama melebihi Sayyidina Muahmmad shallallahu 'alaihi wasallam.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari :
“Selamat datang untuknya, semulia-mulia yang datang telah datang kelangit pertama”
Hadirin hadirat disaat itu berjumpa dengan Nabiyallah Adam a.s, yang mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dengan ucapan
“selamat datang wahai Nabi Yang Shaleh wahai keturunanku yang Shaleh”
Maka saat itu Rasul shallallahu 'alaihi wasallam melihat dikanan Nabi Adam jika dia melihat kekanan dia tertawa dan tersenyum jika dia melihat kekiri dia menangis,
Maka berkatalah Rasul kepada Jibril : “wahai Jibril kenapa Nabi Adam ini kalau melihat kekanan dia tersenyum, kalau lihat kekiri dia menangis?”
Berkatalah Jibril : “Kalau ia melihat kekanan, dia melihat arwah keturunannya yang Shaleh, kalau ia melihat kekiri ia melihat arwah keturunannya kufur dan jahat sehingga menangis jika melihat kekiri lantas beliau tidak melihat ke kanan semua manusia yang ada di permukaan bumi ini dan bangsa seluruh bangsa, afrika, amerika, Cina, Jepang, Arab dan seluruh bangsa yang ada di muka bumi ”
Ruh keturunannya yg beriman dan shalih itu membuat Nabi Adam a.s tersenyum pada mereka, wafat dalam keshalehan dan menangis melihat keturunannya yang wafat didalam hal yang mungkar.
Hadirin hadirat lalu Rasul shallallahu 'alaihi wasallam menembus langit yang ke dua dan bertemu dengan Nabi Isa bin Maryam a.s dan di sambut oleh Nabi Isa a.s demikian didalam Shahih Bukhari dengan ucapannya : Tiadalah malaikat membukakan pintu kecuali bertanya
“siapa yang bersamamu wahai Jibril hingga kau perintahkan membukakan pintu langit ke dua”
Jibril berkata :“Yang bersamaku Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam”
Maka iapun berkata : “Selamat datang untuk Sang Nabi, semulia mulia yang datang di langit ke dua telah datang”
Dibukalah pintu-pintu langit ke dua untuk menyambut Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan mereka pun menyambut gembira, para malaikat berdesakan menyambut kedatangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Demikian Riwayat Shahih Bukhari.
Lalu dia menembus langit yang ketiga Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dan berkatalah Jibril
“Bukakan seluruh pintu langit” Berkatalah Malaikat langit ke tiga : “Siapa Yang bersamamu wahai Jibril, sampai aku harus membukakan pintu langit ketiga ini” Jibril berkata : “Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam” maka berkata para malaikat dengan ucapan yang sama “apakah sudah di utus?” dijawab oleh Jibril as : “Sudah”
“Selamat datang untuknya semulia-mulia yang datang di pintu langit ke tiga”
Pintu langit ketiga dibuka dan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengan Nabiyallah Yusuf a.s., Lantas Beliau naik kelangit ke empat dengan sambutan yang sama di buka pintu langit ke empat untuk Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, disambut oleh para Malaikat dan para Nabi, di sambut di langit ke empat Oleh Nabi Idris a.s lantas di langit ke lima di sambut pula oleh para Nabi di langit keenam di sambut Oleh Nabiyallah Musa a.s, dalam satu Riwayat di dalam Shahih Bukhari didalam riwayat lainnya oleh Nabiyallah Ibrahim juga dalam Shahih Bukhari teriwayatkan, dalam langit ke tujuh berjumpa dengan Nabiyallah Musa dalam Riwayat lainnya Nabiyallah Ibahim a.s, lantas Rasul berkata setelah itu aku di naikkan ke Baitul Ma’mur yang tempatnya tepat berada diatas Ka’bah, lantas aku berkata pada Jibril, “apa ini wahai Jibril?”
Jibril berkata :
“ini Baitul Ma’mur, 70 ribu malaikat shalat setiap harinya dan keluar dari Baitul Ma’mur 70 ribu dan tidak pernah kembali lagi terus keluar 70 ribu tepat diatas ka’bah al Musyarrafah tempatnya”
Hadirin hadirat lantas Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dinaikan lagi sampai mendengar lauhul mahfud (ketentuan takdir) sampai ia mendengar yaitu keputusan-keputusan Allah subhanahu wata'ala lantas setelah itu di perintah untuk menghadap langsung kepada Allah subhanahu wata'ala, Jibril berhenti tidak meneruskan menemani lagi, karena dalam riwayat yang lainya Jibril berkata : “aku tidak mampu terus menghadap kepada Allah karena tidak di izinkan untuk menghadap, hanya engkau yang di izinkan untuk menghadap, kalau aku naik aku akan hancur terbakar dengan cahaya hijab, dari hijabnya Allah subhanahu wata'ala, cahaya dari 70 ribu tabir cahaya yang menutupi makhluk dengan Al Khaliq, jika sampai aku ke hijab itu aku akan terbakar” kata Jibril.
70 ribu tabir terbuka untuk Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, diriwayatkan didalam Shahih Bukhari berjumpa dengan Allah subhanahu wata'ala, dan Allah subhanahu wata'ala telah berfirman :
“saat itu sangat dekat dia dengan Allah subhanahu wata'ala” (QS Annajm 8-9)
Diriwayatkah didalam Assyifa oleh Hujjatul Islam Al Qadhi’iyad alaihi rahmatullah bahwa di saat itu Rasul shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan :
“saat aku naik menuju Mi’raj aku melihat dilangit itu para malaikat gemuruh dengan dzikir dan tasbih dan warna dan bentuk yang belum pernah aku lihat di permukaan bumi ada warna seperti itu dan bentuk seperti itu dan kulihat hamparan surga itu bentangan tanahnya adalah Misk yang di keringkan, minyak wangi yang mengering dari indahnya di campur dengan berlian dan juga mutiara dan kemudian aku sampai ketika menembus Muntahal khalai’iq (batas akhir seluruh Makhluk) tidak lagi kudengar satu suarapun, sepi dan senyap, tidak ada lagi bentuk dan warna warni dan saat itu akupun mendengar satu suara :
b>“mendekat mendekat wahai Muhammad, tenangkan dirimu dari ketakutanmu wahai Muhammad”
maka beliau pun bersujud lalu berkata : Attahiyyatul Mubaarakaatusshalawaatutthayyibaatu lillah“ (Rahasia keluhuran, kebahagiaan, kemuliaan, keberkahan, milik Allah dan untuk Allah subhanahu wata'ala)
maka aku mendengar jawaban kata Rasul : Assalaamu alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh”, (Salam sejahtera wahai Nabi dan Rahmatnya Allah, dan keberkahannya)
Maka aku menjawab : “Assalaamu alaina, wa alaa ibaadillahisshaalihiin” (Salam sejahtera bagi kami (yaitu aku dan ummatku), dan hamba hamba yg shali (yaitu para nabi dan malaikat)
Beliau tidak mau mengambil rahasia salam sejahtera dari Allah sendiri, tapi ingin menyertakan Ummat Beliau shallallahu 'alaihi wasallam dengan ucapan :
“salam sejahtera untuk kami dan para hamba Allah yang Shaleh yaitu para malaikat dan para Rasul dan Nabi”
Demikian sebagian ulama menjelaskan.
Hadirin hadirat maka di wajibkannya 50 waktu shalat, lantas beliau turun berjumpa dengan Nabiyallah Musa As,
“apa yang dikatakan Tuhanmu?”
“aku di berikan hadiah untuk membawa shalat 50 waktu”
“baliklah..!, bani Israil tidak mampu melakukan 50 waktu apalagi ummatmu, Ummatmu lebih pendek usianya, lebih lemah, lebih tidak berdaya, balik lagi minta kekurangan”
maka Rasul shallallahu 'alaihi wasallam kembali di kurangi 10 waktu, ketika meminta kekurangan seraya berkata :
“Wahai Allah sungguh Ummatku sudah sangat lemah dibanding ummat-ummat sebelumnya” Maka Allah subhanahu wata'ala menguranginya 10 menjadi 40 waktu,
Dia turun pada Nabiyallah Musa, Musa a.s berkata :
“apa yang kau dapat, di kurangi berapa?”
Rasul saw menjawab : “sepuluh”
“balik lagi, 40 waktu tidak mampu ummatmu, minta dikurangi lagi, minta keringanan”
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam balik lagi pada Allah, dikurangkan lagi 10 hingga demikian sampai 5 waktu yaitu beliau bulak balik demi minta keringanan.
Didalam salah satu riwayat Nabiyallah Musa a.s itu ketika beliau a.s diriwayatkan didalam riwayat yang tsiqah (riwayat yang kuat), saat beliau mendengar firman Allah Swt di bukit Tursina maka itu bukan di langit, tapi di bukit Tursina saat ia mendengar firman Allah Swt di bukit Tursina, ia pun turun di bukit tursina ia menutup telingannya dari semua suara benda dan hewan karena ia tidak tahan mendengar buruknya suara benda dan hewan karena telah mendengar suara yang sangat begitu lembut dan indah mewakili firmannya Allah Swt tidak kuat mendengar suara air, suara burung, suara manusia, suara hewan menyakiti telinga Musa a.s, itu Nabiyallah Musa a.s di dunia maka bercahaya terlihat diwajah Nabiyallah Musa dilihat oleh istri dan anak-anaknya demikian terang benderang wajahmu Nabiyallah Musa As berkata : aku tadi mendapat firman Allah Swt, maka ketika di malam isra’ wal mi’raj beliau Musa a.s melihat Rasul Saw kembali kehadapan Allah Swt dengan wajah yang terang benderang bias dari cahaya Rabbul’alamin subhanahu wata'ala, Nabiyallah Musa a.s bahkan mencari alasan supaya Muhammad kembali lagi ke atas supaya bisa balik lagi, jumpa lagi, melihat lagi cahaya keindahan Allah, wajah Beliau bagaikan cermin yang mencerminkan cahaya keagungan Ilahi, balik lagi keatas, balik lagi hingga berkali kali Nabi Musa a. bisa menikmati bias dari cahaya keindahan Rabbul’alamin yang terlihat di wajah Sayyidina Muhammad Saw dan setelah itu Nabiyallah Musa pun ketika Rasul berkata :
“sudah cukup 5 waktu tadi sudah di beri pahala 50 waktu oleh Allah subhanahu wata'ala”
kembali lagi, Rasul berkata : “aku sudah malu, karna Allah Swt sudah berfirman : “ Aku sudah lewatkan dan sudah jalankan fardhu Ku untuk hamba-hamba Ku”(Shahih Bukhari)
yaitu Allah Swt telah menentukannya dan tidak lagi merubahnya 5 waktu, Allah Maha tahu shalat itu 5 waktu bukan 50 waktu, namun Allah ingin memberi isyarat kepada sang Nabi dan kepada ummat beliau yaitu kita berapa besarnya rindu kita kepada Allah Swt, berapa besarnya rindu Allah pada kita, Allah meminta 50 kali kita menghadap, kita 5 kali saja ada yang masih malas dan keberatan, berapa cinta Allah kepada kita, berapa cinta kita kepada Allah, Allah minta 50 kali, karena kita lemah kita diberi 5 kali tapi sama dengan 50 waktu seakan akan 50 kali menghadap Allah, inilah cinta nya Rabbul’alamin kepada mu.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
bahkan ketika Rasul saw turun melihat Musa a.s menangis lalu berkata :
“wahai jibril kenapa ia menangis” Jibril a.s berkata :
“karena ia menangisi, ia telah menyeru kepada Allah subhanahu wata'ala , inilah Nabi yang paling mulia melebihi ummatnya yang lebih banyak dari ummatku dan yang masuk surga dari ummatnya lebih banyak dari ummat ku”
maka menangis Nabiyallah Musa a.s berpisah dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena Rasul shallallahu 'alaihi wasallam kembali membawakan kepada kita hadiah Ilahiyah berupa 5 waktu yang luhur, 5 waktu suci untuk menghadap Ilahi, jiwa dengan jiwa, ruh dengan ruh, sanubari menghadap Allah subhanahu wata'ala dengan saat ruh menghadap Allah subhanahu wata'ala walaupun jasad kita di bumi tapi ruh dan jiwa kita dan sanubari kita saat mulai kita takbiratul ihram hingga selesai shalat yaitu salam, mulai takbiratul ihram hingga salam saat itu kau terbuka hijab antara kau dengan Allah subhanahu wata'ala berhadapan dengan Rabbul’alamin, sebagaimana hadits Rasul shallallahu 'alaihi wasallam diriwayatkan didalam Shahih Bukhari :
“barang siapa yang melakukan shalat sungguh ia sedang berbicara dan bercakap cakap dan menghadap Allah subhanahu wata'ala”
Inniy wajjahtu wajhiya lilladziy fatharassamaawaati wal ardhi….dst “ sungguh kuhadapkan jiwaku, hatiku, wajah hati ku, kepada yang menciptakan langit dan bumi yaitu Allah subhanahu wata'ala..”
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian rahasia keluhuran didalam mi’raj sekilas kita buka namun masih lagi banyak bagaikan samudera yang sangat luas yang tidak bisa diceritakan dengan lisan diantaranya adalah ucapan para penyair bahwa ketika Nabi Musa a.s menghadap Allah Swt di Bukit Tursina, maka disaat itu perintahkan kepada Musa :
“lepas kedua sandal mu wahai Musa kau berada di lembah yang suci” (QS Thaahaa 12)
maka disaat Rasul shallallahu 'alaihi wasallam Mi’raj naik ke hadhratullah tidak di perintah membuka kedua sandalnya, maka berkata para penyair dalam syairnya manakah yang lebih mulia sandal atau Jibril a.s, jibril tidak biasa naik kehadhratullah sandalnya Rasulullah naik ke hadhratullah subhanahu wata'ala, tentu jibril a.s lebih mulia dari sandal, sandal hanya terbuat dari kulit kambing tapi karena sandal terikat dengan kaki Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam walaupun terbuat dari kulit kambing karena terikat dengan kaki Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, demikian pakaian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam naik ke hadirat Allah shallallahu 'alaihi wasallam, tidak diperintah membuka kedua sandalnya sebagai tanda bahwa orang-orang yang terikat hatinya dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat dekat dengan Allah subhanahu wata'ala, Allah tidak perintahkan semua yang bersama Rasul untuk berpisah, bahkan sandalnya pun tidak diperintahkan dibuka menunjukkan lebih lagi hatinya yang terikat cinta pada Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, mereka mendapatkan rahasia kemuliaan isra’ wal mi’raj, seluruh ummat beliau buktinya, saat kita shalat kita mengulang kembali kalimat percakapan Allah dengan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam : yaitu : attahiyyatul Mubaarakaatu….dst.
kalimat itu kalimat percakapan antara Allah dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kau ucapkan didalam shalat, setiap shalat kita mengucapkannya, rahasia keluhuran isra’ wal mi’raj tumpah pada kita 5 kali setiap harinya ingin lebih lakukan lagi, ada shalat dhuha, ada shalat witir, ada shalat tahajjud, ada shalat shalat luhur lainnya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
demikian rahasia sekilas dari rahasia keluhuran shalat, tidaklah seseorang melewati hari-harinya di dalam shalat kecuali ia telah dalam keluhuran, diriwayatkan didalam shahih bukhari, sebagaimana hadits yang kita baca tadi, bahwa ketika Rasul shallallahu 'alaihi wasallam mi’rajh berkata Sayyidina Anas bin Malik ia melihat kubah-kubah yang terbuat dari mutiara yang ada danau disampingnya, kubah-kubah yang terbuat dari mutiara yang berlubang lubang dengan keindahan, maksudnya, berlubang lubang dengan indah mutiara mutiara itu, memberikan Tanya kepada jibril, “apa itu jibril ?”
berkata jibril “itu telaga al Kautsar”
itu telaga yang sangat indah Rasul berkata, diriwayatkan didalam Shahih Bukhari atau riwayat lainnya bahwa jumlah cangkirnya sebanyak bintang di langit, cangkir-cangkir yang berada di telaga al-kautsar milik Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang Allah firmankan:
“Sungguh kami memberi kepadamu wahai Muhammad telaga al-kautsar, maka shalatlah kepada Allah, perbanyaklah doa dan berkurbanlah, dan orang-orang yang ingin mencelakaimu lah yang akan celaka dan terputus keturunanya” (QS Al Kautsar)
tiga ayat yang demikian singkat tapi mensiratkan betapa mulianya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang diberikan oleh Allah telaga al kautsar, didalam riwayat yang tsiqah (riwayat yang kuat) jika pecah salah satu pecahan kecil dari cangkir yang ada di telaga al kautsar jatuh kepermukaan bumi pecahan kecil itu lebih mahal dari seluruh perhiasan yang ada di muka bumi.
Hadirin hadirat bagaimana satu cangkir sempurna hati para sahabat dan para pecinta Rasul shallallahu 'alaihi wasallam mereka meminta kepada Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, ya Rasulullah saat kami nanti di telaga al kautsar, saat itu kami tidak mau meminum dari gelasnya, lalu bagaimana? ingin meminum langsung dari telapak tanganmu ya Rasulullah, telapak tangan mu lebih mulia dari seluruh cangkir yang ada di telaga al kautsar.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
demikian para sahabat Rasul, radhiyallahu'anhum, berkata Rasul shallallahu 'alaihi wasallam di akhir masa hidupnya seraya bersabda :
“akan kalian lihat nanti setelah aku wafat hal-hal yang tidak menyenangkan, bersabarlah sampai kalian berjumpa dengan ku di telaga haudh” (Shahih Bukhari)
para pecinta Rasul shallallahu 'alaihi wasallam ditunggu oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di telaga haudh, semoga aku dan kalian dikumpulkan oleh Allah ditelaga haudh, ditelaga al kautsar bersama Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, bersama para muhaajiriin dan anshar, ahlul badr, ahlul uhud.
Rabbiy kami bermunajat memanggil nama Mu yang Maha luhur, yang Maha membuka rahasia keluhuran dunia dan akhirat, yang Maha memiliki rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat, Maha memiliki kunci kunci kemudahan dunia dan akhirat, yang Maha memiliki cahaya kebahagiaan, keluhuran, pengampunan, dan kasih sayang, wahai yang berkasih saying kepada kami lebih dari semua yang mencintai kami, wahai yang Maha baik kepada kami lebih dari semua yang baik kepada kami.
Masing-masing hadirin mempunyai hajjat, mempunyai doa, mempunyai kebutuhan, ada yang terjebak hutang, ada yang terjebak masalah, ada yang terjebak kesedihan, ada yang terjebak kesusahan, ada yang igin bekerja belum bekerja, ada yang ingin punya keturunan belum punya keturunan, ada yang ingin menikah belum menikah, masing masing dengan hajjatnya, Rabbiy Engkau Maha melihat saat ini kepada segenap sanubari kami, (Firman Allah swt) : “apakah mereka mengira tidak ada satupun yang Melihat” (QS Al Balad.7) melihat mereka apakah mereka tidak mengira bahwa Allah Swt yang Maha Tunggal selalu melihat mereka, “Bukankah telah kami berikan pada mereka penglihatan, kami berikan pada mereka ucapan, kami berikan pada mereka dua jalan (kebaikan dan keburukan) (QS Al Balad 8,9,10), mana yang ingin mereka pilih didalam kedekatan kasih sayang atau dalam kemurkaan Ku, semoga aku dan kalian dan semua keluarga, dan keturunan kita disatukan oleh Allah dan dipastikan oleh Allah didalam orang orang yang diridhoi Allah, orang orang yang dimuliakan Allah, orang orang yang dilimpahkan rahmat oleh Allah setiap waktu dan saat.
Rabbiy bimbing kami, maafkan dosa dosa kami, tidak kami bangkit dari tempat ini kecuali kau sudah menghapus seluruh dosa dosa kami, dan dosa ayah bunda kami, dan dosa kerabat dan saudara kami, suami kami dan istri kami, anak anak kami dan keluarga kami yang masih mempunyai dosa dan belum terampuni hingga malam ini ampunkan seluruh dosa mereka ya Rahman ya Rahim.
Mereka yang telah wafat dari ayah bunda, dari keluarga atau teman atau kerabat yang barangkali hingga malam ini masih terhimpit di alam kubur, bebaskan dari segala kesusahan ya Allah, dan mereka yang didalam kemuliaan didalam kubur, tambahkan kemuliaannya, dan mereka yang masih hidup Rabbiy linpahkan Rahmat dan keluhuran untuk mereka dan untuk kami semua.
Wahai Nama yang mengawali segala-galanya dari tiada menjadi ada maka adakanlah segala apa yang kami minta, Wahai yang Maha mampu memberi melebihi semua yang mampu memberi, Wahai yang telah berfirman kepada kami (dalam hadits qudsiy) : “Wahai hamba-hamba Ku, jika berkumpul dari kalian seluruh jin dan manusia yang pertama dan yang terakhir di suatu lapangan yang multi luas, dan masing-masing kalian mempunya hajat dan meminta kepada Ku, (ada yang minta 1000 Surga, ada yang minta 1000 Arsy dengan masing-masing permintaannya) kuberikan semua yang kalian minta, tidak berkurang dari yang kumiliki, kecuali seperti jarum yang terangkat dari tengah lautan samudera” (Shahih Muslim)
Wahai Allah Yang Maha Luhur, limpahkanlah kami lebih dari apa yang kami minta, limpahkan permintaan kami lebih dari apa yang kami harapkan, ampuni semua dosa yang kami ketahui dan yang tidak kami ketahui, kami titipkan masa lalu kami dalam samudera pengampunan Mu, kami titipkan masa depan kami kepada samudera gerbang kebahagiaan Mu,
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله..
Limpahkan kedamaian, ketenangan, kebahagiaan, kesejukan dunia dan akhirat,
Kemakmuran Dunia dan akhirat,
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله..
Kau terus memberi dan terus memberi, beribu-ribu anugerah Kau beri dalam sekali kami memanggil Nama Mu
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله..
Wahsyi yang telah membunuh Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthallib, menghancurkan badannya dan menghancurkan wajahnya, lari karna putus asa dari Mu ya Allah, Kau memanggilnya kembali dari kasih sayang Mu, jangan putus asa dari kasih sayang Mu, alangkah indahnya Engkau
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ